Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Bicara Soal Gelar Pada Owi/Butet!

Kompas.com - 02/07/2018, 15:21 WIB
Tjahjo Sasongko

Penulis

JAKARTA, Kompas.com - Kepala Pelatih Ganda Campuran PP PBSI, Richard Mainaky, mengaku tak sabar ingin melihat aksi para pemain pelapis ganda campuran di ajang Blibli Indonesia Open 2018 HSBC BWF World Tour Super 1000. Kejuaraan level tertinggi di BWF world tour ini akan dihelat di Istora pada 3-8 Juli 2018.

Sebagai tuan rumah, Indonesia tentunya menurunkan pemain-pemain terbaiknya, termasuk skuat ganda campuran yang mengandalkan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Pasangan rangking tiga dunia ini merupakan juara bertahan.

Sebagai turnamen kelas dunia, ppemain-pemain terbaik akan turun di sini. Tentunya ini merupakan tantangan tersendiri bagi para wakil tuan rumah. Pasangan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, Ricky Karanda Suwardi/Debby Susanto, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, akan behadapan dengan para unggulan di babak-babak awal.

Seperti Hafiz/Gloria yang bisa saja kembali bertemu unggulan keenam asal Denmark, Mathias Christiansen/Christinna Pedersen, di babak kedua. Pekan lalu di Malaysia Open, Hafiz/Gloria membuat kejutan dengan menaklukkan pasangan ini.

"Hasil undian di sini (Indonesia Open), bagus untuk pemain pelapis, supaya mereka bisa menguji kemampuan mereka sejauh mana bertemu pemain level elit. Misalnya Hafiz/Gloria, apa bisa menang lagi dari pasangan Denmark? Persentase performa mereka ini yang akan dinilai," kata Richard yang ditemui di sela-sela sesi latihan di Istora Senayan (Senin, 2/7).

Richard mengaku tak khawatir ketika ditanya soal pressure sebagai tuan rumah. Riuhnya Istora justru dinilai Richard akan memacu semangat para anak-anak didiknya. "Main di kandang sendiri tidak menjadi beban buat tim kami. Tapi pasti ada rasa ingin memberikan yang terbaik, nah ini yang harus bisa dikontrol," tutur Richard.

Bicara soal Tontowi/Liliyana, Richard juga menyebutkan bahwa ia kini lebih menitikberatkan fokus mereka ke event-event yang memang menjadi target utama. Dengan kondisi pemain yang sudah tak lagi muda, maka Richard menerapkan skala prioritas dan mengatur peak performance Tontowi/Liliyana.

"Sudah bukan saatnya lagi bicara Owi/Butet juara atau gagal di turnamen ini itu. Atau soal pertahankan gelar, bukan kesitu lagi arahnya. Apa yang mereka berikan sudah lebih dari cukup, gelar-gelar penting sudah dapat. Sekarang fokusnya road to Asian Games, bagaimana peak performance nya nanti ada di Asian Games," jelasnya.

"Tetapi, Indonesia Open adalah kejuaraan bergengsi. Sebagai tuan rumah, pasti Tontowi/Liliyana akan tetap mau berjuang dan menampilan yang terbaik," tambahnya.

Richard kemudian menuturkan bahwa anak-anak didiknya ini memiliki semangat yang tak pernah padam. Walaupun target medali emas di olimpiade sudah tercapai di Rio 2016. "Jujur ya, malah mereka harus dikontrol, jangan terlalu berlebihan. Butet itu orangnya memang berkomitmen dan sangat berkeinginan untuk tampil baik di Asian Games," sebutnya.

"Beberapa waktu lalu Butet sempat sakit karena over latihan, nambah terus jam latihannya. Dengan latihan habis-habisan, saya lihat di pertandingan pun nggak mau kalah banget, saya sampai ingatkan supaya dia lebih rileks. Tapi nggak apa-apa, ini jadi bahan evaluasi dan pembelajaran buat kami, nanti mendekati asian games harus terkontrol, lebih dijaga lagi kondisinya," pungkas Richard.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com