JAKARTA, Kompas.com - Pelatih ganda putra Aryono Miranat bercerita bagaimana sosok Kevin Sanjaya bersama pasangannya Marcus Fernaldi Gideon berpotensi mengubah paradigma penggemar terhadap bulu tangkis.
"Kalau selama ini orang menyaksikan bulu tangkis terutama untuk melihat hasil menang atau kalah, pasangan ini berpotensi menjadikan pertandingan bulu tangkis sebagai sesuatu yang menghibur, entertaining," katanya dalam acara pemberian bonus All England di Galeri Indoensia Kaya, Rabu (28/03/2018).
Ia menceritakan kejadian di Hong Kong saat pasangan "the Minions" tersebut tampil di arena. "Saat itu sedang berlangsung pertandingan di lapangan sebelah. Namun, saat Kevin dan Marcus masuk, mereka berbondong-bondong pindah tempat duduk ke belakang pasangan kita," kata Aryono.
Saat itu Aryono heran mengapa para penonton antusias menyaksikan ganda Indonesia tersebut. "Ternyata mereka menunggu gerakan Kevin yang pura-pura melakukan pukulan saat bola lawan dipastikan jatuh di luar lapangan. Mereka lalu menyambut gerak tipuan ini dengan riuh," katanya.
Pelatih kepala ganda putra, Herry Iman Pierngadi, membenarkan adanya sifat ugal-galan dari Kevin ini. "Ia juga punya sifat dan keberanian untuk mengatakan apa yang benar menurut dia. Hal inilah yang sering menimbulkan kekesalan lawan mereka," kata Herry.
Kejadian paling mencolok terjadi di India Open. Saat itu menghadapi pasangan Malaysia. Ganda malaysia meminta pergantian kok, namun ditolak oleh Kevin.
Pemain Malaysia itu kemudian meremas kok dan kembali meminta pergantian. Kevin langsung mengingatkan wasit dan wasit akhirnya memberi kartu kuning kepada pemain Malaysia.
"Karena itulah, usai pertandingan, pemain Malaysia tersebut menolak bersalaman dengan Kevin. Mungkin sampai sekarang bahkan tidak mau menegur," kata Herry.
Baik Herry maupun Aryono mengaku bahwa mereka pernah khawatir dengan sifat angin-anginan Kevin yang terkadang disertai dengan tingkat emosional tinggi. Akan tetapi, Herry pun menyadari bahwa sifat itu ternyata bisa menjadi kelebihan Kevin.
"Kalau emosinya sedikit terpancing, dia justru mampu menjalankan strategi bertanding dnegan baik. Hanya saya selalu ingatkan, jangan kamu yang terpancing dan tenggelam dalam emosi," katanya.
Herry mengaku, sekarang ia sangat percaya dengan kemampuan anak asuhnya tersebut. "Pernah saya melihat ia menampilkan ekspresi emosi menghadapi lawan, terutama yang suka memancing kemarahan itu Boe/Mogensen dari Denmark. Ketika saya nyatakan kekhawatiran saya, Kevin hanya bilang, 'Saya masih bisa mengontrol, Koh,'" kata dia.
Kevin sendiri mengaku tak pernah melakukan taktik memancing emosi secara sengaja. "Saya ini sangat menyukai bulu tangkis sejak kecil. Jadi saya selalu berusaha main dengan hati untuk menang. Ini yang kadang dirasakan oleh lawan sebagai tindakan tak mau kalah," kata Kevin.
Soal lawan yang terpancing emosi, menurut Kevin, itu bagian dari persiapan mereka yang buruk.
Bagi pelatih senior Christian Hadinata, kehadiran pemain tipikal Kevin Sanjaya sangat langka dan harus disyukuri.
"Ini tipikal pemain yang memiliki bakat di atas rata-rata. Biasanya ditandai dengan sifat yang selalu mencari ciri khas sendiri dan berusaha menonjol dengan kemampuannya yang khas tersebut," kata Christian yang pernah menjadi pemain nasional pada 1970-1988 dan kemudian menjadi pelatih Pelatnas Cipayung.