JERUSALEM, Kompas.com - Federasi catur Israel meminta ganti rugi dari panitia penyelenggara turnamen catur di Saudi Arabia, setelah para atlet mereka tidak mendapat visa untuk berpartisipasi.
Turnamen catur kilat dunia Raja Salman merupakan turnamen catur internasional pertama di Saudi Arabia.
Federasi catur dunia (FIDE) sebenarnya memiliki peraturan untuk tidak menolak setiap calon peserta. Namun pada kenyataannya, pemain yang berasal dari tiga negara, Iran, Qatar dan Israel tidak memperoleh visa untuk masuk Saudi.
Senin (25/12/2017), FIDE menyebut sudah tidak ada masalah visa buat pemain Qatar dan Iran. Namun FIDE tidak juga mendapatkan lampu hijau dari pemerintah Saudi berkaitan dengan visa buat pemain Israel.
Pejabat negara Saudi yang berkaitan dengan pengeluaran visa menyebut penolakan ini selaras dengan kebijakan pemerintah soal hubungan dengan Israel. "Riyadh memang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan negara tertentu," kata pejabat kedubes Saudi di AS, Fatimah Baeshen melalui akun twitter-nya, tanpa menyebut negara Israel.
Federasi catur Israel menuduh pihak pemerintah Saudi Arabia telah berbohong kepada FIDE saat bersedia menjadi ruan rumah turnamen catur. "Pernyataan mereka hampir semuanya tidak sesuai," kata jurubicara federasi, Lior Aizenberg.
Aizenberg menyebut pihaknya menuntut ganti rugi secara finansial kepada FIDE buat tujuh atlet mereka yang dirugikan secara profesional dan finansial.
Mereka juga menuntut agar FIDE tidak lagi mengulangi kesalahan serupa di masa depan. "Seharusnya semua negara penyelenggara bersedia menerima atlet Israel, termasuk negara-negara Arab," kata Aizenberg. "FIDE juga harus membatalkan semua turnamen catur di negara ini dalam dua tahun ke depan."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.