Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendirikan Klub Sarwendah, Hermawan Tukar Bisnis Hiburan

Kompas.com - 22/11/2017, 10:24 WIB

JAKARTA, Kompas.com - Mantan bintang bulu tangkis, Hermawan Susanto menyebut dalam perjalanan hidupnya bergelut dengan dunia bulu tangkis, ia kerap mendapatkan keberuntungan.

Hermawan Susanto atau Aim merupakan salah satu tunggal putera andalam dalam tim super Indonesia dekade 1990-an.Pada masa ini, Indonesia merajai dunia bulu tangkis dengan merebut Piala Thomas 1994-2002 dan Piala Uber  1994-1996.

Pada era keemasan tersebut terdapat  banyak pilihan tunggal putera seperti AIm sendiri, Alan Budikusuma, Ardy B. Wiranata mau pun Joko Supriyanto.  Prestasi tertinggi Hermawan adalah meraih medali perunggu Olimpiade Barcelona 1992, dengan medali emas dan perak direbut Alan dan Ardy.

Setelah 25 tahun berlalu, Hermawan masih berkutat di dunia bulu tangkis. Bersama isterinya, mantan tunggal puteri pelatnas, Sarwendah Kusumawardhani ia mendirikan perkumpulan bulu tangkis yang diberi nama sesuai nama isterinya tersebut. "Bukan soal dia lebih dikenal, tapi kalau pakai nama saya kan singkatannya malah membingungkan. Hermawan Susnato badminton Club, HSBC. Nanti keliru dikonotasikan dengan insititusi perbankan. Iya kalau ada kaitannya dengan dukungan dana," kata Hermawan.

Hermawan mendirikan klub yang disingkat SBC (Sarwendah Badminton Cub) ini dengan hal yang serba kebetulan.  Setelah pensiun, Sarwendah membantu klubnya, PB Mei sebagai pelatih, kemudian diikuti oleh Hermawan. "Saat itu lebih sebagai pengabdian, karena gaji sebagai pelatih saat itu hanya Rp 400.000 sebulan," kata Hermawan. "Tetapi kami jalani saja, kebetulan di dekat rumah dan kami memang cinta dengan olahraga ini."

Namun suami isteri ini kemudian memutuskan mundur setelah merasa tak sesuai dengan pengelolaan keuangan klub.  "Saya merasa lebih baik bila berada di luar klub," kata Hermawan, putera pemain Piala Thomas 1967, Agus Susanto.

Namun beberapa saat kemudian, ia kembali dihubungi pemilik untuk menyelamatkan klub. "Saya bilang kalau untuk bergabung kembali, saya tdiak mau. Tetapi dia justru menawarkan saya untuk membeli klub miliknya tersebut," kata Hermawan lagi.

Gerak cepat, Hermawan langsung menghubungi pamannya, legenda bulu tangkis Indonesia, Liem Swie King. "Om King cuma bilang, kalau lokasinya dekat dengan rumah, ya kamu ambil saja. Maka saya langsung setuju membeli dengan harga sekitar Rp 6 milyar pada tahun 2009," katanya.

Saat menutup harga tersebut, Hermawan mengaku hanya memiliki uang tunai sebesar Rp 100 juta sebagai uang muka saja. Ia justru mendapatkan kredit dari bank secara tidak sengaja. "Setelah membayar uang muka, saya kebetulan ikut turnamen master di Semarang. Di sana saya bertemu teman lama yang kebetulan kerja di Bank. Dia tiba-tiba " bertanya, apakah saya berminat mendirikan klub dan bersedia memberi kredit," kata Hermawan.

Akhirnya ia mendapat pinjaman dari Bank. Untuk menutup pinjaman tersebut, ia menjual dua ruko miliknya. "Sebelumnya saya menggunakan dua ruko saya itu untuk bisnis hiburan. Saya pikir sudah saatnya saya tidak lagi menjalani  bisnis semacam itu," ungkap Hermawan lagi.

Kini tanah seluar 1800 meter di wilayah jakarta Timur itu digunakan untuk pengembangan klub yang didirikan pada 2009 tersebut. Di tanah tersebut ia mendirikan asrama untuk 30 pemain SBC. Karena dekat dengan temapt tinggalnya, Sarwendah dan Hermawan dapat bersikap seperti pengganti orang tua buat anak-anak didiknya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com