BEIJING, Kompas.com - Bintang tenis Rafael Nadal menyesali tindak kekerasan yang terjadi di Barcelona menyusul protes seputar pembatalan referendum tentang penentuan sikap rakyat terhadap posisi Catalonia.
Nadal yang dianggap sebagai ikon tenis Spanyol, mengaku sangat sedih terhadap perkembangan yang terjadi di Catalonia menyusul tindak kekerasan antara polisi dan para pengunjuk rasa yang menimbulkan korban ratusan orang cedera.
"Kita harus mulai untuk memisahkan banyak hal," kata Nadal yang telah meraih 16 gelar juara turnamen grand slam. "Olah raga dan politik adalah dua hal berbeda menurut saya. Saya sedih tentang hal yang terjadi, namun cukup sampai di sini."
Nadal, 31, tumbuh di pulau Balearic di wilayah Mallorca. Ia juga kerap dianggap sebagai seorang yang vokal menyuarakan keinginan rakyat Catalan.
Situasi di Barcelona memang membingungkan menyusul kekerasan berupa bentrokan antara polisi dan para pengunjuk rasa pendukung referendum. Protes juga dilakukan oleh klub sepakbola Barcelona. Klub yang masih tergabung di Liga Spanyol ini menggelar pertandingan liga menghadapi Las Palmas secara tertutup pada hari Minggu (01/10/2017) lalu.
Presiden Barcelona, Josep Maria Bartomeu menyebut keputusan menyelenggarakan pertandingan tanpa penonton ini merupakan wujud protes klub terhadap tindak kekerasan yang dilakukan polisi terhadap para aktivis di Catalonia. Ia membantah keputusan itu berdasar alasan keamanan semata.
Dua orang anggota dewan direksi klub memutuskan mengundurkan diri menyusul keputusan pertandingan secara tertutup tersebut.
Situasi memanas ini juga mengimbas di lapangan. Salah satu bintang Barca, Gerard Pique menjadi sasaran bully para penggemar sepakbola Spanyol karena sikapnya yang pro kemerdekaan Catalonia untuk memisahkan diri dari Spanyol.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.