Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kematian yang Indah Sang Maestro Aerobik

Kompas.com - 30/06/2016, 09:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorTjahjo Sasongko


JAKARTA, KOMPAS.com — Meski sudah menorehkan nama di mana-mana, keinginan Suprayitno hanya satu, pulang ke rumah menemui ibu dan keluarganya.

Suprayitno Rubio adalah nama asli Jinoth Rubio atau "Jinoth Aerobik", salah seorang instruktur aerobik papan atas Indonesia. Jinoth meninggal dunia pada Selasa (28/6/2016) dini hari setelah menderita kanker pencernaan yang merupakan penyebaran kanker kelenjar getah bening yang pernah dideritanya selama beberapa tahun.

Sebagai seorang instruktur aerobik ataupun jenis senam lainnya, Jinoth termasuk mumpuni. Ia pernah bekerja sama dengan "Ratu Aerobik", Vicky Burki, dan menjadi personal trainer beberapa artis ternama, seperti Kris Dayanti dan Nicky Astria. Bagi instruktur senam muda, sosok Jinoth dianggap sebagai guru tempat bertanya tentang pengalaman ataupun teknik yang baru.

Namun, semua itu tak terlihat setiap kali Jinoth pulang ke rumah gadang tempat ibunya dan beberapa saudara kandungnya tinggal.  Sosoknya jauh dari glamor dan dapat dengan mudah bergaul dengan ordinary people yang berprofesi pegawai kantoran atau dokter yang menjadi tetangganya.

Ketika pertama kali mengenalnya saat saya menjadi penghuni kompleks, saya hanya mengenalnya sebagai guru senam. Terlebih lagi, ini memang diperlihatkannya dengan sosok tubuh yang atletis dan berotot. Baru setelah berjalan waktu, saya lebih "mengenal" sosok Jinoth dan eksistensinya di dunia luar. Luar kompleks, maksudnya.

Namun, Jinoth memang memisahkan sama sekali kehidupan keluarga dan glamornya kehidupan di dunia kerjanya. Karena itu, kami juga enggan untuk memintanya menyumbangkan sedikit kepiawaiannya untuk warga kompleks. Sampai tiba kejadian pada malam itu.

Ketika itu, saya dan beberapa bapak-bapak warga kompleks tengah menyiapkan acara merayakan hari kemerdekaan 17 Agustus. Secara tradisi, warga RT kami memang merayakan acara 17 Agustus-an secara kecil-kecilan dan tradisional, seperti lomba dan acara ramah-tamah. Tak ada yang istimewa.

Tiba-tiba, Jinoth menyampaikan pesan bahwa dia bersedia menjadi instruktur acara senam dan aerobik bersama buat merayakan 17 Agustus untuk lingkungan kompleks. Syaratnya, ia hanya minta disediakan panggung yang lumayan besar. Cari di mana panggung besar pada saat sudah pukul 08.00 (20.00) malam?

Akhirnya, setelah cari sana-sini, panggung instruktur didapat dari pihak RW dan harus dibawa secara digotong 5-6 orang dengan jarak sekitar 500 meter. Belum cukup penderitaan,  panggung juga harus diatur menghadap  ruang yang cukup kosong yang akan digunakan oleh peserta senam bersama. Kesulitan ini membuat sebagian dari kami menggumam, "Memangnya berapa banyak sih yang mau ikut?"

Akhirnya, acara berjalan lancar. Jinoth kami dengar sukses memimpin senam bersama dengan peserta membeludak, diiikuti bukan hanya warga RT kami, melainkan juga dari RT lainnya. Karena baru selesai kerja pada pukul 04.00, kami sendiri tak ikut dalam keriaan karena tertidur sampai siang dan hanya mendengar cerita riuhnya para peserta senam bersama itu.

Namun, dari situ, kami tahu itulah cara Jinoth untuk mengembalikan rasa terima kasihnya kepada lingkungan. Beberapa tahun terakhir ini, saat ia menjalani proses penyembuhan penyakit kanker kelenjar getah bening yang dideritanya, Jinoth mengajak warga untuk menjalani pola hidup sehat. Ia memimpin senam bersama setiap Minggu pagi. Tempatnya pun sederhana, di sebuah panggung semen dengan para peserta melakukan senam di jalan lingkungan. Jadilah setiap Minggu pagi kami menikmati teriakan Jinoth, "Ayo... lagi... lagi..."

"Kegiatan sosial" ini makin menjadi setelah ia dinyatakan sembuh dari penyakit kanker kelenjar getah bening setelah menjalani proses kemoterapi selama beberapa waktu. Bahkan, ia menawarkan para warga untuk ikut dalam latihan yoga secara privat di rumahnya dengan harga tetangga tentunya.

FACEBOOK Jinoth (kiri) bersama para instruktur aerobik ternama lainnya

Saya kemudian kehilangan suara teriakan Jinoth karena saya harus menjalani perawatan di rumah sakit selama dua pekan karena mengalami kecelakaan kerja. Ketika pulang pun, suara teriakan itu tak lagi terdengar karena Jinoth semakin sibuk mejadi instruktur kegiatan di luar. Namun, yang kemudian saya dengar, Jinoth harus masuk Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP) karena mengalami penurunan kondisi karena sel kankernya diketahui muncul kembali.

Selasa (28/06/2016) dini hari, saya sudah tertidur saat mendapat pemberitahuan bahwa Jinoth telah kembali ke Penciptanya. Membayangkan dirinya masih di rumah sakit dan kondisi tubuh saya yang masih bergantung kepada kursi roda, saya memutuskan tidak bergabung dengan warga kompleks untuk membantu keluarga yang tengah berduka.

Baru pagi harinya, saya mengetahui ternyata Jinoth berpulang di rumah dan di antara keluarga besarnya. Beberapa hari sebelumnya, ia meminta pulang dari rumah sakit untuk berada di antara keluarga besarnya. Ibunya yang tercinta sendiri telah berpulang pada 2009 lalu.

Yang saya dengar dari para pelayat adalah tentang indahnya saat-saat kematian menjemput sahabat kami tersebut. Jinoth menolak ketika akan dibawa kembali ke rumah sakit untuk pemeriksaan dokter. Sekitar pukul 23.00, Jinoth disebut meminta keluarganya berkumpul. "Saya mau pulang. Sekarang sudah saatnya. Itu mama sudah datang menjemput saya, dia sekarang duduk menunggu di kursi itu."

Satu jam kemudian, Jinoth menyusul ibunya...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com