WASHINGTON, Kompas.com — Presiden AS Barack Obama memuji petinju legendaris Muhammad Ali sebagai sosok yang berani mempertahankan pendirian, baik di dalam maupun di luar ring.
Muhammad Ali yang merupakan juara dunia tinju kelas berat 1964-1967, 1974-1978, dan 1978-1980 meninggal dunia di Phoenix Arizona pada usia 74 tahun, Jumat (Sabtu WIB).
Ia meninggal akibat komplikasi penyakit dengan sindroma parkinson yang diidapnya sejak 20 tahun lalu.
Obama juga memuji Ali sebagai orang yang mau berjuang buat orang lain. "Perjuangannya di luar ring telah membuatnya kehilangan gelar dan posisinya sebagai tokoh masyarakat. Ia telah menciptakan banyak musuh dan bahkan nyaris membawanya ke penjara," kata Obama.
"Namun, Ali tetap bertahan. Kemenangannya pada masa lalu telah membawa kita ke Amerika yang kita kenal sekarang," kata Obama.
Muhammad Ali lahir di Louisville, Kentucky, Januari 1942 dengan nama Cassius Marcellus Clay. Ia meraih medali emas buat negaranya di Olimpiade Roma 1960 sebelum menjadi juara dunia tinju kelas berat pada 1964.
Kisah hidupnya yang kontroversial dimulai ketika ia memutuskan memeluk agama Islam dan mengubah nama menjadi Muhammad Ali. Pada 1967, ia dijatuhi hukuman berupa pencabutan gelar juara karena menolak ikut wajib militer dan dikirim ke Vietnam.
Setelah hukumannya habis pada 1970, Ali kembali ke ring dan kemudian merebut gelar juara dunia tinju kelas berat dengan memukul KO George Foreman pada 1974. Ali mempertahankan gelar juara dunia hingga 1978 ketika kalah dari Leon Spinks.
Ali terakhir kali bertarung pada 1981. Tiga tahun kemudian, ia diketahui mengidap sindroma parkinson yang dideritanya sebagai akumulasi pukulan yang diterima di bagian kepala selama bertahun-tahun.
Meski telah pensiun dan sakit parah, Ali terus berusaha menjadi panutan buat banyak orang. Pada pembukaan Olimpiade Atlanta 1996, Ali membuat jutaan orang menangis ketika ia dengan tangan gemetar dan kaki yang agak sulit melangkah menaiki tangga untuk menyalakan api Olimpiade.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.