Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnubrata
Assistant Managing Editor Kompas.com.

Wartawan, penggemar olahraga, penyuka seni dan kebudayaan, pecinta keluarga

Hidup Itu Perlu Nyali Kawan!

Kompas.com - 11/05/2016, 07:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Petinju Inggris keturunan Pakistan, Amir Khan, dipukul jatuh oleh Saul “Canelo” Alvarez, asal Meksiko dalam perebutan gelar juara dunia kelas menengah di T-Mobile Arena, Las Vegas, Sabtu (Minggu WIB) lalu.

Padahal, banyak orang–termasuk wali kota London yang baru terpilih, Sadiq Khan—berharap Amir akan membawa pulang sabuk juara.

Walau impian kedua Khan dan para pendukungnya itu kandas, namun orang tetap memuji Amir sebagai petinju yang memiliki nyali dan semangat. Mengapa bisa begitu?

Amir Khan bisa dibilang “sendirian” saat maju menantang Canelo. Ia barangkali satu-satunya orang yang berani bermimpi mengalahkan salah satu petinju paling menakutkan di planet ini, Saul Canelo Alvarez.

Bahkan pelatih Khan, Virgil Hunter, terlihat tak sepenuhnya yakin pada anak didiknya. Hunter seolah mengamini keyakinan khalayak tinju bahwa Khan hanya akan menimbulkan sedikit gangguan pada Canelo di ronde-ronde awal, dan selebihnya ia akan merasakan pukulan keras petinju Meksiko itu.

Hunter tahu apa yang juga dipikirkan banyak orang: Khan mungkin bisa lari, tapi ia pasti tidak bisa bersembunyi.

Sejak awal, perjuangan Khan memang berat. Untuk melawan Canelo, ia harus naik dua peringkat ke kelas menengah. Itu berarti dia bermain di luar bobot idealnya. Ia harus menaikkan berat badannya, yang memengaruhi kelincahannya.

Padahal, Khan dikenal karena kegesitan dan kelincahannya. Promotor Canelo, Oscar de la Hoya, bahkan menyebut pertandingan keduanya sebagai “kecepatan vs kekuatan.” Kecepatan mewakili Khan, sedangkan kekuatan dimiliki Canelo.

Namun, semua orang tahu, Canelo bukan sekadar tukang pukul. Dalam pertandingan, ia selalu mempelajari lawannya, lalu mengukur jarak yang tepat, mengincar sasaran, dan buuum… lawannya roboh.

Dan itulah yang terjadi. Canelo memukul KO Khan pada menit ke-2 lebih 37 detik di ronde keenam dengan pukulan tangan kanan. Tinju Canelo tepat mengenai dagu Khan, membuatnya limbung dan jatuh ke belakang.

Pukulan Canelo begitu mantap, seperti bayangan orang tentangnya. Khan bahkan tidak bisa berdiri selama beberapa saat.

Namun, apa yang dialami Khan di Las Vegas malam itu dinilai sebagai sebuah keberanian yang layak dipuji. Dia sudah mengerahkan segalanya. Walau tak meraih kemenangan, ia mendapat simpati.

Amir Khan memberi contoh bagaimana seorang petinju harus memiliki nyali, mengingat banyaknya juara tinju yang pilih-pilih lawan demi mempertahankan sabuk juaranya.

“Amir Khan adalah salah satu petinju paling berani di dunia,” ujar De la Hoya, mantan petinju yang kini menjadi promotor. “Mungkin ia terlalu berani, tetapi itu menunjukkan tekadnya untuk menjadi besar.”

Pujian sebagai petinju yang bernyali ini muncul bukan tanpa alasan. Banyak petinju yang menolak tanding dengan lawan tertentu karena tidak ingin kalah. Apalagi bila ia sedang memegang sabuk juara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com