Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hinca IP Pandjaitan XIII
Politikus

Politikus, sekretaris jenderal Partai Demokrat. Menulis untuk menyebarkan kebaikan, menabur optimisme sebagai bagian dari pendidikan politik bagi anak bangsa dalam kolom yang diberi judul: NONANGNONANG. Dalam budaya Batak berarti cerita ringan dan bersahaja tetapi penting bercirikan kearifan lokal. Horas Indonesia.

Pesan FIFA untuk Sepak Bola Indonesia

Kompas.com - 02/05/2016, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

"Saat ini, Saya, Pak Agum dan Erick Thohir lagi menunggu di ruang tunggu House of FIFA, Zurich, Swiss," kata bung Azwan Karim, Sekjen PSSI yang kami utus mendampingi Pak Agum dan Bung ErickThohir, membalas SMS saya ketika saya tanyakan bagaimana update terakhir.

24 jam kemudian Bung Azwan kirim pesan singkat ke saya; "Saya landed Cengkareng ketua".

"Welcome home bro," aku membalas pesan singkat itu sambil mengajak untuk ketemu malam itu di Hotel Park Lane Jakarta, Rabu (27/4/2016).

Pertemuan di House Of FIFA itu membahas sikap Pemerintah Indonesia atas sanksi FIFA terhadap sepakbola Indonesia yang tidak boleh aktif bersama masyarakat sepakbola dunia. Sanksi itu sudah memasuki masa 1 tahun.

Lewat Menteri Sekretaris Negara, Pemerintah mengirimkan special envoynya yakni Bung Erick, dan PSSI mengirimkan Pak Agum ketua Komite Adhock PSSI menemui Presiden FIFA agar permasalahan sepakbola Indonesia bisa selesai dan Timnas Indonesia bisa main lagi.

Tentu Asian Games 2018 yang sudah di depan mata bisa semarak dengan kehadiran cabang sepakbola. Kita rindu prestasi Indonesia sukses menggelar even akbar Asian Games 1962 terulang lagi 2018.

Sepakbola Milik FIFA

"Sepakbola itu milik FIFA, bukan milik negara, bukan milik pemerintah apalagi milik Menpora. Sepakbola dimainkan olah umat manusia di muka bumi berdasarkan The rule of the Game-nya FIFA," kataku menjelaskan kepada Nazwa Sihab yang memandu acara Mata Nazwa di Metro TV Desember 2014.

Sudah lama memang acara itu, tapi masih relevan dibahas lagi. Karena saat itulah awal persoalan PSSI ini bergulir. Menpora menjawab Nazwa bahwa sepakbola milik rakyat, jadi pemerintah harus mengendalikan sepakbola.

Empat bulan kemudian, Menpora mengeluarkan surat tidak mengakui PSSI hasil kongres PSSI di Surabaya 17/4/2015, seakan tak percaya kalau sepakbola itu milik FIFA.

Satu bulan kemudian FIFA menghukum sepakbola Indonesia dengan melarangnya ikut dalam semua even sepakbola dunia. Kenapa? Karena Pemerintah melalui Menpora dianggap melakukan intervensi kepada kedaulatan PSSI.

Gubrak! Tamat sudah riwayat sepakbola Indonesia. Satu tahun lewat begitu saja tanpa narasi; tanpa gegap gempita dan gemuruh penonton sepakbola Indonesia. Mimpi anak Indonesia bermain bola kandas.  Aduh.

Kini persoalan bukan lagi antara Pemerintah vs PSSI, tapi Pemerintah vs FIFA. Jika Pemerintah tetap bersikukuh dengan ketetapannya, maka Kongres FIFA di Meksiko 11-13 Mei 2016 yang akan datang akan mengukuhkan hukuman yang lebih berat dari 209 asosiasi sepakbola dari seluruh dunia yang tergabung dalam kongres FIFA.

Jika itu terjadi, tambah panjanglah absennya anak-anak Indonesia bermain bola, termasuk Asian Games 2018 terancam batal dimainkan di Indonesia jika tanpa cabang sepakboala.

Pesan dari House of FIFA

Akhirnya negara menyadari keputusannya yang keliru sekalipun niatnya benar untuk mereformasi tata kelola sepakbola Indonesia. 

BOLA/HERKA YANIS PANGARIBOWO Suporter Persija Jakarta, The Jakmania, berdemonstrasi di depan Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga, Senayan, Jakarta, Selasa (11/8). Mereka menuntut Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mencabut SK pembekuan PSSI.
Setelah delegasi tingkat tinggi FIFA menemui Presiden Jokowi di istana beberapa waktu lalu, dan kemudian dibentuk Komite Adhock PSSI, lalu Menteri Sekretaris Negara bersurat ke FIFA dan mengirimkan utusan khususnya tanggal 26/4/2016.

Inikah babak akhir yang mendebarkan dari episode hukuman atas sepakbola Indonesia?

Di kolom nonangnonang ini, minggu lalu saya tulis  pesan tentang sepakbola Indonesia; mari bersalaman, yang pesannya sesungguhnya saya tujukan ke Presiden Jokowi dan seluruh rakyat Indonesia.

Sebagai sumbang saran saja untuk dapat dipertimbangkan. "Marbisuk kau", kata Menkopolhukam, Luhut B Pandjaitan meminta saya mencarikan usulan yang tepat dan dapat dipertimbangkan sebagai jalan terbaik menyelesaikan masalah ini secara elegan.

Untuk itulah tulisan itu dan ini dibuat sesuai dengan dinamika yang terus bergulir begitu cepat. Saya yakin Presiden Jokowi  juga berada dalam semangat yang sama dengan seluruh masyarakat sepakbola Indonesia agar masalah ini bisa selesai dan teratasi.

Kita dorong dan bantu pemerintah keluar dari permasalahan ini dengan elegan dan terhormat melalui beragam pikiran.

"Ini surat balasan dari House Of FIFA," kata Bung Azwan kepada saya dengan wajah yang masih lelah menempuh perjalanan ribuan mil dari Jakarta ke Zurich pergi pulang.

"Saya baca. Surat itu ditandatangani oleh Markus Kattner, acting Secretary General FIFA, bertanggal  26 April 2016 yang ditujukan ke Mensesneg. AFC dan PSSI mendapatkan tembusannya, sebagai tertib administrasi sepakbola dunia di bawah rumah besar FIFA.  Judulnya tentang Situation Of Indonesian Football.

Tanggal 28/4/2016, tiba-tiba saja Menpora merilis berita kalau FIFA meminta dilakukan KLB (Kongres Luar Biasa) dan kemudian disampaikan beberapa syarat dan keharusan yang harus dituruti PSSI jika nanti pembekuan PSSI dicabut.  Gelisah lah para anggota PSSI itu. KLB itu urusan kedaulatan anggota bulan domain Menpora.

"Apa yang mau dicabut, sebab keputusan Menpora membekukan aktivitas PSSI sudah otomatis gugur demi hukum dan PSSI ada sama seperti sediakala," kataku menjawab SMS awak media yang menyatakan Menpora tidak akan melakukan upaya hukum Peninjauan Kembali ke MA. Putusan MA sudah inckraht; sudah berkekuatan hukum tetap.

Ketika wartawan bertanya kepada Menpora mana bukti FIFA meminta KLB untuk PSSI, Menpora tak dapat menunjukkan faktanya. Agar masyarakat sepakbola Indonesia tidak mendapat informasi yang misleading, baiklah saya narasikan substansi pesan House of FIFA itu secara sederhana.

Pesan FIFA

Pada paragraf pertama, FIFA menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia atas utusan khusus yang dikirim, sambil memberitahukan telah terjadi pertemuan 26 April 2016 di Zurich di House of FIFA antara Presiden FIFA, Mr Gianni Infantino, Mr Erick Thohir, Ketua Komite Olimpiade Indonesia, dan Bapak Agum Gumelar, Ketua komite reformasi ad-hoc PSSI.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com