Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penanganan Cedera Olahraga Semakin Mudah

Kompas.com - 22/03/2016, 16:13 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Cedera merupakan satu hal yang paling ditakuti oleh atlet, apalagi untuk atlet profesional ataupun tingkat nasional. Ketika para atlet mengalami cedera dan tidak bisa kembali beraktivitas, mereka tidak memiliki masa depan yang menjanjikan.

Berawal dari keprihatinan melihat nasib para atlet tersebut, dibentuklah Royal Sports Medicine Centre. Klinik ini bertujuan untuk memberikan solusi medis yang berkelanjutan untuk mendukung dan meningkatkan performa para atlet dan pelaku olahraga untuk kembali ke aktivitas berolahraga dan meningkatkan gaya hidup modern yang sehat dan berkualitas.

Adanya klinik ini merupakan salah satu bentuk nyata peran rumah sakit untuk mendukung kesadaran masyarakat akan pentingnya olahraga guna peningkatan kualitas hidup.

"Royal Medicine Sport ini merupakan solusi medis terbaik dan berkelanjutan (one stop service) untuk mendukung dan meningkatkan performa atlet dan pelaku olahraga untuk bisa kembali ke aktivitasnya dan meningkatkan gaya hidup sehat," kata dr IGM Febry Siswanto, salah satu tim dokter di Royal Sports Medicine Centre, beberapa waktu lalu.  

Terdapat tiga jenis pelayanan yang dapat dilakukan di pusat medis tersebut, yakni pelayanan untuk menangani cedera akibat olahraga, pelayanan untuk meningkatkan performa atlet, dan pelaku gaya hidup sehat.

"Pelayanan untuk cedera akibat olahraga misalnya bedah arthroskopi (pergantian atau rekonstruksi bahu, panggul, lutut dan kaki), nyeri sendi, cedera, kekakuan, sobekan, peradangan, pergeseran akibat olahraga, dan pelayanan fisioterapi," katanya hari ini di Jakarta.

Selain itu, untuk mendorong performa atlet, Royal Sport Medicine Center ini juga dilengkapi dengan fitness test, tes komposisi tubuh, manajemen nyeri, pencegahan cedera, konsultasi gizi, sport massage, fisioterapi, dan atlet spa.

Pelayanan juga ditunjang dengan berbagai fasilitas, seperti gym dan personal trainer, USG musculoskeletal, dynamometer, stemcell injection, dan platelet rich plasma (PRP), radiologi, laboratorium, farmasi, dan kelas rawat inap.

Dilanjutkan dr Febry, cedera yang kerap dialami para atlet adalah cedera ligamen sendi lutut (ACL). Dia menambahkan, pihaknya sempat mengadakan arthroscopy live surgery yang berupa pendidikan dan pelatihan operasi arthroscopy, khususnya tentang cedera ACL berupa rekonstruksi ACL dengan menggunakan berbagai sistem yang ada untuk para dokter, terutama spesialis ortopedi dari seluruh Indonesia.

Dengan demikian, semakin banyak dokter yang bisa dan mahir menangani cedera olahraga.  Pembedahan arthroscopy merupakan pembedahan minimal invasif, yaitu pembedahan yang dilakukan hanya dengan sayatan kecil pada sendi untuk memasukkan kamera dan alat operasi.

Operasi arthroscopy dapat dilakukan pada sendi lutut, sendi panggul, sendi pergelangan kaki, sendi bahu, sendi siku, ataupun pada sendi pergelangan tangan.

Arthroscopy memiliki kelebihan, di antaranya luka operasi kecil sekitar 2-10 mm sehingga rasa sakit akibat pembedahan jauh berkurang, luka akibat pembedahan akan lebih mudah tersamar, risiko infeksi lebih kecil dan pemulihan lebih cepat. Selain melakukan operasi ACL secara langsung, tim dokter juga menjelaskan cara penanganan dan latihan pasca-operasi karena setelah menjalani operasi, pasien masih harus melewati masa penyembuhan yang memakan waktu antara 6-8 bulan untuk bisa kembali ke aktivitas olahraga.

Selama masa penyembuhan, sang atlet hanya bisa berkonsentrasi untuk memperkuat jaringan ACL yang masih belum terikat sempurna di tempat yang semestinya. Atlet harus menjalani terapi hingga ACL sudah berada dalam posisi sempurna untuk bertugas menahan gerakan lutut sebagaimana mestinya.

Dengan adanya pusat medis untuk atlet ini, diharapkan bangsa Indonesia mampu mengatasi permasalahan para atlet Indonesia yang memiliki kemampuan sebanding dengan atlet luar negeri.

"Kami berupaya, para atlet cedera dapat kembali ke performa awal agar dapat membawa nama Indonesia di kancah internasional," ucap dr Febry.

Royal Sport Medicine Center memiliki tim khusus untuk menjadi official sports medicine partner dalam mendukung event-event olahraga sebagai tim medis, seperti Jakarta Sports & Wellness Festival 2014, Urbanathlon 2014-2015, Urbanathlon Sundown 2015, Sunset X-trail Run 2014, dan Saurun 2014.

Sejauh ini, Royal Sports Medicine Centre sudah menjalin kerja sama dengan beberapa klub, antara lain Persipura Jayapura, Timnas U-19, Timnas U-21, Timnas U-23, Barito Putra-Banjarmasin, Persija Jakarta, PBR-Persipasi Bekasi, Persela Lamongan, Persijap Jepara, Persikabo Bogor, Persita Tangerang, SSB Ragunan Jakarta, Seribu Bukit FC Aceh, dan IPC Pelindo II Futsal Jakarta.

Sementara itu, untuk cabang lain antara lain Candra Wijaya International Badminton Centre, PB Jaya Raya Jakarta, PB Djarum untuk olahraga bulutangkis serta klub basket seperti Satria Muda Pertamina, Hangtuah Sumsel, dan Surabaya Fever. (*/)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com