JAKARTA, Kompas.com - PP Bapomi DKI Jakarta akan mempertahankan sistem pembinaan atlet mahasiswa dengan selalu berkoordinasi dengan institusi pendidikan dan keolah ragaan yang ada.
Hal ini diungkap oleh Sekretaris Umum Bapomi DKI, Erizal Azhar saat mengevaluasi hasil ajang Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (Pomnas) XIV/2015 yang digelar 14-21 November di Banda Aceh di gedung KONI, Selasa (24/11/2015)..
Kontingen DKI keluar sebagai juara umum dengan mutlak. Tak tergoyahkan alam 14 kali Pomnas, DKI memborong 68 medali emas, 37 perak dan 28 perunggu. DKI mempertahankan gelar juara umum saat XIII 2013 di Yogyakarta. Saat itu DKI berhasil meraih 46 emas, 30 perak dan 20 perunggu.
DKI unggul mutlak atas kontingen Jawa Barat yang menempati peringkat dua. jawa barat -tuan rumah PON 2016- mengumpulkan 32 emas, 33 perak dan 16 perunggu.
Erizal Azhar yang juga memimpin Kontingen Pomnas DKI mengaku para atlet DKI tampil luar biasa. "Kami memang berangkat dengan target mempertahankan gelar juara umum," katanya. "Namun di Banda Aceh kami menemukan banyak kejutan yang dibuat para atlet kita."
Ia menunjuk beberapa cabang yang mampu mengumpulkan medali melampaui target yang diberikan. "Contohnya renang yang diberi target 6 emas namun mampu mengumpulkan 10. Yang lebih fenomenal adalah atletik yang menjadi pengumpul medali emas terbanyak. Dari 3 yang ditargetkan, mereka mampu mengumpulkan 13," ungkap Erizal.
Ia menyebut persiapan yang dilakukannya sebenarnya cukup minim yaitu tiga bulan. "Itu pun kami harus memutar akal karena banyak atlet mahasiswa yang bergabung dengan Pelatda dan terkena kewajiban membela Provinsi dalam ajang Pra Pon," lankutnya.
Sekretaris Umum KONI DKI, Taufik Yudi Mulyanto, menyebut sistem rekrutmen atet mahasiswa di DKI tidak menemui kesulitan karena kesadaran akan pembinaan atlet sudah disadari lembaga-lembaga pendidikan di DKI. "bayangkan, institusi pendidikan di DKI seperti perguruan tinggi kan ada ratusan bahkan ribuan. Metreka semua juga menempatkan olah raga sebagai bagian penting dalam kegiatan kemahasiswaan," kata Taufik Yudi.
Menurutnya dengan sistem pembinaan berlapis, DKI dapat menemukan bibit atlet yang cukup berlimpah. "Seperti di cabang Pencak Silat Pomnas kemarin, para atket pelatda harus ikut Pra PON di Gorontalo dan kembali hanya beberapa hari sebelum pelaksanaan Pomnas," katanya. "kami tidak mau mengambil risiko sehingga menurunkan para atlet pelapis kedua atau rekrutan dari perguruan tinggi. Nyatanya, mereka mampu meebut 10 emas dan melampaui target."
Beberapa cabang yang menurunkan atlet non pelatda dan justru berhasil menimba medali antara lain pencak silat, bulu tangkis, tenis meja, tenis. "Sebenarnya kita menurunkan hanya 30 persen atlet pelatda," kata Erizal. "Tetapi nyatanya mereka mampu tampil maksimal."
Dari data perbandingan haasil, terlihat cabang seperti bulu tangkis samasekali tak menurunkan atet pelatda. Sementara para atlet non pelatda memberi kontribusi signifikan pada perolehan medali di cabang pencak dsilat dan atletik. "
Menurut taufik Yudi, para atlet mahasiswa ini memang tertempa dengan banyaknya kompetisi. "Pertandingan baik itu kejuaraan atau kompetisi antarmahasiswa atau perguruan tinggi kan cukup banyak. Jadi kita sebenarnya tak pernah kering dengan bibit pemain."
Ketua umum KONI DKI, Raja Sapta Ervian menyebut pembinaan atlet mahasiswa seperti juga pelajar akan juga diarahkan untuk menunjang pada target utama yaitu pertandingan Pekan Olah Raga Nasional (PON). "Kita usahakan agar tidak saling silang dan tumpang tindih. Jadi para atlet tersebut dapat memperkuat provinsi mereka dalam banyak ajang dan tidak berbenturan. Juga mereka bisa secara jelas mendapatkan hak mereka seperti beasiswa, uang saku atau pun bonus," kata Raja Sapta Ervian.
"Dengan sistem pembinaan seperti ini, kami harap kita dapat terus mendominasi kejuaraan setingkat Pomnas di masa mendatang, sehingga para atlet mahasiswa DKI berkesemopatan membela negara di ajang POM Asean," lanjutya.
Klasemen sementara akhir Pomnas XIV 2015
1. DKI JAKARTA 68 37 28
2. JAWA BARAT 32 33 16
3. JAWA TENGAH 16 16 22
4. DIY YOGYAKARTA 13 5 12
5. JAWA TIMUR 12 22 30
6. SULAWESI SELATAN 6 8 7
7. NTB 6 3 2
8. ACEH 3 11 13
9. SUMATERA UTARA 3 316
10. SUMATERA BARAT 2 5 12
11. SUMATERA SELATAN 2 2 6
12. JAMBI 2 1 4
13. NTT 2 0 2
14. KALIMANTAN TIMUR 1 4 6
15. BENGKULU 1 1 3
16. SULAWESI UTARA 1 0 3
17. RIAU 1 0 2
18. KEPULAUAN RIAU 1 0 1
19. BALI 0 5 11
20. KALTENG 0 4 5
21. BANTEN 0 3 12
22. PAPUA 0 3 6
23. KALIMANTAN BARAT 0 2 4
24. SULAWESI TENGAH 0 1 3
25. LAMPUNG 0 1 2
26. GORONTALO 0 1 1
27. MALUKU 0 1 0
28. SULTENG 0 0 5
29. KALSEL 0 0 2
30. KALIMANTAN UTARA 0 0 1
31. MALUKU UTARA 0 0 1
32. PAPUA BARAT 0 0 0