"Terlibat dalam sisi lain tenis telah mengajar saya banyak hal. Banyak hal yang tidak pernah terpikirkan saat masih menjadi pemain, kamu seperti hanya berpikir bahwa semua sudah tertata rapi dan tidak tahu bahwa butuh kerja keras untuk mewujudkannya," aku wanita 31 tahun tersebut.
Ibu dua anak tersebut juga mengaku kagum dengan petenis muda asal Kanada, Eugenie Bouchard, yang turun di turnamen ini sebagai unggulan pertama.
"Eugenie Bouchard bermain baik di turnamen Grand Salam tahun lalu. Saya bermain untuk kategori (pemain) legendaris di Paris (Perancis Terbuka 2014) dan melihat dia berlatih di tempat kebugaran. Dia paket yang lengkap untuk turnamen, penggemar, sponsor, dan semua orang. Saya senang dia ikut di sini, dan para penggemar bisa melihat dia," lanjut Clijsters.
Hal unik lainnya tentang turnamen ini adalah tradisi pemberian trofi berwujud raket berhias berlian. Bagi petenis yang bisa juara dua kali dalam tiga tahun berhak atas raket spesial yang dibuat dari 4,5 kilogram emas dan 2008 berlian. Raket ini bernilai 1,5 juta dollar AS (sekitar Rp 19 miliar).
"Ketika kami mengumumkan kembalinya turnamen ini, trofi jelas jadi pusat perhatian. Trofi yang indah. Kamu hanya bisa membawanya pulang jika memenangi turnamen dua kali dalam tiga tahun. Sejaih ini hanya Amelie (Mauresmo) yang bisa melakukannya," jelas Clijsters.
Clijsters pertama pensiun dari tenis pada 2007, lalu kembali bermain pada 2009. Pada 2011, dia kembali naik sebagai petenis nomor satu dunia, lalu memutuskan untuk pensiun lagi pada September 2012.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.