Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hariyanto Arbi, Julukan "Smash 100 Watt" Muncul di Kuala Lumpur

Kompas.com - 01/11/2014, 18:47 WIB
Tjahjo Sasongko

Penulis

JAKARTA, Kompas.com - Siapa sangka julukan smash 100 watt buat legenda bulu tangkis Indonesia, Hariyanto Arbi muncul dari bualan di meja makan di Kuala Lumpur?.

Dalam acara peluncuran gerakan #ANGKAT RAKETMU di Cilandak Townsquare, Sabtu (1/11), Hari, panggilan akrab Hariyanto, berbagi cerita soal asal muasal dirinya dijuluki si Smash 100 watt.
 
Diceritakan Hari, kala itu dirinya tengah bertanding di Malaysia dan akan berhadapan dengan Rashid Sidek, salah satu pemain andalan Malaysia yang terkenal dengan julukan 'jago kandang' alias tak terkalahkan di negerinya sendiri.
 
"Sebelum bertanding di final, saya makan pagi bersama rekan saya, Ardy B Wiranata dan membahas pertemuan saya dengan Rashid. Ardy kemudian menantang saya apakah saya bisa mengalahkan Rashid yang terkenal jago kandang, sebelumnya Ardy dikalahkan oleh Rashid di semifinal," kata Hari.
 
"Lalu saya jawab, lihat saja nanti, saya akan kalahkan dia dengan smash 100 watt," tambah Hari.
 
Diakui Hari, ia juga tak tahu mengapa kata-kata itu secara spontan terucap dari mulutnya. Padahal ia sebelumnya tak pernah tahu apa itu smash 100 watt. Namun siapa sangka percakapan Hari dan Ardy didengar oleh salah satu wartawan Indonesia yang kala itu tengah meliput di Malaysia.
 
Keesokan harinya, Hari ternyata sukses mengalahkan Rashid di kandangnya. Sontak muncul pemberitaan kemenangan Hari si Smash 100 watt di media di Indonesia. Sejak saat inilah Hari dijuluki Smash 100 watt.
 
"Saya tidak menyangka juga akhirnya bisa mengalahkan Rashid di kandangnya sendiri. Langsung saja saya bilang sama Ardy kalau kemenangan saya itu karena Smash 100 watt, kalau dia kalah mungkin karena smash-nya waktu itu cuma 5 watt, ha ha ha," canda Hari.
 
Dikatakan Hari, banyak orang kemudian memberi julukan dirinya sebagai pemain dengan smash 100 watt karena smash memang menjadi salah satu senjata andalannya di lapangan. Hari juga bercerita bahwa di London, Inggris, ia sempat dijuluki Jumping Jack karena seringnya ia berloncat-loncat di lapangan.
 
Hari berharap banyak pemain-pemain muda yang mengikuti jejak sukses pemain Indonesia sebelumnya. Di era Hari, tunggal putra Indonesia memang sempat berjaya diantaranya Alan Budikusuma, Joko Supriyanto, Ardy B Wiranata, dan sebagainya. Lalu menurut Hari, siapa pemain muda yang bisa mengikuti jejaknya sebagai pemain dengan smash 100 watt?
 
"Saya kira Jonatan (Christie) ya, dilihat dari postur tubuh dan smash nya yang kencang. Tapi semua ini kembali lagi ke Jonatan nya, tergantung bagaimana dia mengembangkan potensi yang dia punya," tambah Hari.
 
"Pokoknya yang paling penting harus disiplin, jangan mau kalah. Kalah dan menang itu biasa, kekalahan adalah proses menjadi juara. Yang penting semangat terus untuk maju," ujarnya.
 
Hari juga menanggapi positif gerakan #ANGKAT RAKETMU yang merupakan inisiatif dari Coca Cola dan PBSI. Lewat gerakan #ANGKAT RAKETMU, akan dibangun 40 lapangan bulutangkis di luar pulau Jawa, mulai dari Sumatera dan Kalimantan. Pada periode sebelumnya, telah dibangun 16 lapangan yang tersebar di pulau Jawa.
 
"Menurut saya program ini sangat bagus. Dulu saya awalnya main bulutangkis di lapangan dekat rumah. Tidak ada net, tapi pakai tali rafia dan tidak ada raket, tapi pakai papan tripleks. Dengan dibangunnya lapangan ini, semoga makin banyak yang main bulutangkis dan muncul bibit-bibit baru yang bisa meneruskan tradisi emas bulutangkis di olimpiade," pungkas Hari. (/*)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com