"Menpora harus bisa mereposisi olahraga Indonesia di tengah-tengah masyarakat," ucap Tigor, merujuk pada menurunnya antusiasme dan keterlibatan masyarakat Indonesia pada olahraga, terutama untuk prestasi, saat ini.
"Dulu, ketika ada pertandingan All England atau Piala Thomas, semua orang mendengarkan laporan pertandingan lewat radio. Kita dengarnya tegang benar. Semua orang dengerin. Tetapi sekarang, sudah begitu banyak pilihan," lanjut Tigor.
Tigor juga bercerita bagaimana dulu dia sepulang sekolah masih dalam kondisi bugar, bisa beristirahat, lalu bermain. Kondisi yang berbeda dibandingkan sekarang.
"Sekarang, anak sekolah pulang sudah sore, belum lagi kalau ada les. Kapan latihannya kalau mau jadi atlet. Dengan kondisi seperti itu, kita berekspektasi mau juara Asian Games? Kalau memang enggak mendukung ya enggak usah. Itulah mengapa perlu adanya reposisi olahraga di masyarakat zaman sekarang," jelas Tigor.
"Atau mungkin ya memang olahraga gak terlalu dianggap lagi, jadi ya sudah saja. Mungkin olahraga memang tidak penting lagi. Ketika kalah di SEA Games atau Asian Games, negara ini kan jadi gak miring juga. Ini bisa jadi indikasi di mana posisi olahraga Indonesia saat ini," lanjutnya.
Tigor yakin, dengan adanya reposisi olahraga di Indonesia, beberapa masalah yang selama ini salalu berulang akan bisa dihindari. "Kita enggak perlu lagi ribut soal anggaran yang telat atau kurang karena selama ini problematikannya sealalu sama," tegasnya.
Lebih jauh, Tigor berharap olaharaga nantinya akan jadi gaya hidup masyarakat Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.