Dalam diskusi olah raga yang diadakan Tabloid Olah Raga BOLA, Senin (06/10/2014), Nusron menyebut alternatif itu andalah Olah Raga ditempakan dalam departemen tenaga kerja, olah raga dalam kementerian pendidikan serta olah raga dimasukan dalam kementerian pariwisata dan kreatif.
"Semuanya bisa menjadi pilihan dan mungkin baru akan diputuskan pekan depan," kata Nusron yang juga menjabat sebagai Ketua Umum II PP PBSI.
Menurut Nusron, ada tiga hal yang mendasari penempatan olah raga. "Kita melihat pada terbatasnya fasilitas olah raga atau hilangnya ruang publik, kesejahteraan atlet dan masa depan olah raga yang dikatitkan dengan olah raga sebagai industri,"kata Nusron.
Untuk dua hal pertama, Nusron menyebut peran negara harus besar. "Hilangnya ruang publik yang menjadi sentra olah raga bisa disebabkan adanya kebijakan tata ruang dari pemerintah pusat atau pun daerah," ungkap Nusron.
Sementara untuk kesejahteraan atlet, menurut Nusron pemerintah mendatang akan menekankan pada pembentukan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan yang bertuga mengelola dana abadi untuk pendidikan pelaku olah raga. "Dari besaran dana olah raga yang diturunkan, direncanakan 10 persen tidak dibelanjakan melainkan digunakan untuk menyokong pendidikan atlet nasional."
"Dana ini juga bisa digunakan untuk memberi semacam pensiun kepada atlet-atlet yang berprestasi misalnya peraih medali emas Olimpiade, Asian Games atau pun SEA Games,"kata Nusron. "Selama ini kan sifatnya masih charity dan tidak tetap."
Pengusaha Erick Tohir menyebut jalan untuk menjadikan olah raga sebagai industri di Indonesia masih terlampau panjang. Menurutnya, salah satu faktror terpenting dalam industri olah raga adalah siaran televisi. "Tetapi di sini sulit sekali untuk mendapatkan siaran olah raga melalui televisi, alasannya ratingnya jelek. Akhirnya larinya ke TVRI juga."
"Bahkan bulu tangkis kita yang sudah kelas dunia pun masih kalah ratingnya dengan tontonan hiburan semacam film India Mahabharata itu," lanjutnya. "Para bintangnya datang ke sini membuat histeris. Sementara Hendra/Ahsan yang juara Asian Games sambutannya tidak sebesar itu."
Pembicara lainnya, Dr. Abdul Sukur M.Si dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menyoroti poeluang Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaaraan Asian Games 2018 mendatang. Menurut Sukur, dibandingkan pesaing di kawasan regional Asia Tenggara, perolehan medali Indonesia boleh dibilang merosot. "kIni kalau dilihat dari data perolehan medali dalam delapan Asian Games Terakhir kita ketinggalan dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya seperti Thailand, malaysia, SIngapura dan Vietnam,"kata Sukur.
Menurut Sukur untuk bisa tampil maksimal, mau tak mau persiapan sudah harus dilakukan sejak dini, bahkan empat tahun sebelumnya. "Peluang tetap ada, terutama dengan persiapan atlet lebih dini, konsentrasi pada cabang unggulan penyumbang medali serta pengajuan cabang olah raga yang berpotensi mendulang medali seperti pencak silat,"kata SUkur.
Acara diskusi dihadiri para pegiat olah raga seperti Ketua KOI Rita Subowo, perwakilan induk organisasi, para mantan atlet Olimpiade seperti Taufik Hidayat, Ricky Subagja, Rexy Mainaky, Candra Wijaya, Hariyanto Arbi, Sigit Budiarto, Hadi Wihardja, Albert c. Sutanto dan I Gde Siman Sudartawa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.