JAKARTA, KOMPAS — Tim boling Indonesia yang diharapkan menyumbang satu medali emas dan beberapa medali lainnya terancam tidak jadi berangkat ke Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, karena perlengkapan utama yang mereka butuhkan, yaitu bola boling, sampai saat ini belum diterima.

”Paling minimal sebenarnya sebulan sebelum keberangkatan, para pemain sudah harus berlatih dengan bola-bola baru. Akan tetapi, sampai sekarang, bola yang merupakan perlengkapan utama kami belum diterima. Padahal, kami dijadwalkan terbang ke Korea pada 19 September,” kata pelatih tim boling Indonesia Thomas Tan saat ditemui Kompas di tempat berlatih tim boling di Ancol, Jakarta, Rabu (3/9).

Ia menambahkan, dari Pengurus Besar Persatuan Boling Indonesia diinformasikan, tender sudah dilaksanakan dan pemenang sudah ada, tetapi sampai saat ini belum ada komunikasi antara pemenang tender dan pihak yang menyiapkan bola-bola itu.

”Bola-bola itu sebenarnya sudah dipesan sejak beberapa bulan lalu dari AS, dan sudah datang, tetapi, kan, urusan pembeliannya belum dilaksanakan. Tidak mungkin kalau kami menunggu hasil tender dulu, terus memesan bolanya, karena dibutuhkan satu bulan untuk pengiriman sampai ke sini,” kata Thomas.

Jika bola boling itu tidak juga diterima para pemain, Thomas mengungkapkan, konsultan pelatih yang mendampingi tim boling merekomendasikan agar tidak usah berangkat saja.

”Kalau berangkat ke sana pun percuma, kemungkinan besar akan kalah. Padahal, Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas minta kami meraih medali. Kami akan disalahkan kalau tidak dapat apa-apa, padahal itu karena perlengkapan utama tidak diberikan,” papar Thomas. Keputusan untuk tidak jadi berangkat ke Asian Games juga didukung peboling senior putri Indonesia, Putty Armein.

”Saya sudah 17 tahun di boling dan tahun ini Asian Games ketiga buat saya. Tanpa bola yang bagus, bola yang baru, kita tidak akan bisa menang. Bola itu sangat penting untuk kami pemain boling. Sementara untuk bisa memahami bola-bola baru itu, paling tidak dibutuhkan waktu satu bulan karena setiap bola punya karakteristik yang berbeda. Daripada kalah dan kemudian kami disalahkan, ya, lebih baik tidak berangkat saja,” tutur Putty.

Hal serupa juga disampaikan peboling putra senior Indonesia, Ryan Lalisang. ”Kalau saya pribadi, sih, karena pengalaman sudah lama di boling, waktu seminggu cukup untuk memahami karakter bola-bola baru itu. Tetapi, teman-teman yang lain, kan, belum tentu, sementara kami mengharapkan menang sebagai tim,” ungkapnya.

Baik Putty maupun Ryan sudah dengan sukarela mengeluarkan uang pribadi untuk menambah bola yang harganya antara Rp 3 juta dan Rp 4 juta karena bola yang dijanjikan Satlak Prima hanya empat buah.

”Saya sudah menyiapkan untuk membeli sendiri tiga bola. Itu semua saya lakukan untuk membela nama Indonesia. Oleh karena itu, masak pemerintah tidak bisa memenuhi janji memberikan empat bola. Cepatlah itu diturunkan, jadi kami bisa segera berlatih dengan bola-bola itu,” kata Putty tegas.

Thomas menambahkan, olahraga boling sangat bergantung pada pemahaman pemain atas karakteristik bola dan karakteristik lintasan. ”Penyiapan bola-bola itu juga butuh waktu karena masih harus disesuaikan dengan posisi jari-jari para pemain,” ungkapnya. (OKI)