Pada 2012 lalu, Cruz membuat tindakan bersejarah dengan menjadi petinju pertama yang mengaku dirinya seorang gay. Setelah pengakuannya tersebut, Cruz mengaku dapat berkonsentrasi pada karier dan mendapat kesempatan melakukan pertarungan perebutan gelar juara dunia di Thomas & Mack Center, Las Vegas, menghadapi Orlando Salido.
Karena itulah ia mempersiapkan diri dengan maksimal. Ia berharap kemenangan atas Salido akan membawa kebanggaan kepada kelompok homoseksual, mengalahkan lawan dan kelompok homofobia, serta menjadi juara dunia.
Namun, semuanya kemudian berjalan tak sesuai dengan harapan Cruz. Jelang pertarungan paling penting dalam kariernya tersebut, Cruz justru menemukan banyak hambatan. Timnya kehilangan CD yang berisi lagu untuk mengiringinya masuk ring. Kemudian, tas berisi sepatu, celana, dan sarung tinju miliknya tertinggal di mobil. Puncaknya adalah saat petugas pemasang pembalut tangan Cruz datang terlambat.
Akibatnya Cruz tidak sempat melakukan pemanasan kecil menjelang naik ring. Di atas ring, ia menemukan kenyataan lebih pahit: Orlando Salido ternyata jauh lebih besar, kuat, dan berpengalaman. Ia mampu mengatasi kecepatan Cruz, mendikte lawannya, dan mengakhiri perlawanannya di ronde ketujuh.
Kekalahan Cruz seperti menjadi antiklimaks dari perjuangannya selama ini. Pengakuan terbuka Cruz bahwa dirinya seorang gay membuatnya dianggap sebagai pemberani. Ia dianggap berani membuka rahasia hidupnya. Hal yang tidak berani dibuka oleh legenda Olimpiade Greg Louganis yang baru berani mengaku setelah pensiun.
Atau juga legenda tinju masa lalu, Emile Griffith, yang baru mengaku sebagai seorang gay setelah berusia 67 tahun.
Cruz ingin mematahkan fobia tersebut. Ia memutuskan mengaku saat masih berada di puncak kariernya sebagai petinju. Ia kemudian ingin menyempurnakannya dengan sebuah gelar juara dunia.
Nyatanya, ia gagal. "Sekarang saya hanya ingin pulang, istirahat, dan pergi bersama keluarga," kata Cruz di kamar ganti seusai kekalahan. "Bagi beberapa orang, kekalahan saya menyedihkan. Tetapi bagi yang lain mungkin tidak."
"Kami sudah melakukan yang terbaik," kata pelatih Cruz, Juan de Leon. "Tetapi ini memang malam milik Salido."
Ini memang bukan malam milik Cruz. Gelar juara jatuh ke Salido yang memang malam itu mendapat dukungan jauh lebih banyak dari para penonton keturunan Meksiko.
Saat ini Cruz hanya memikirkan satu rencana yang—jika dia menang—akan menjadi akhir yang indah dan sempurna buat hidupnya. Pada 16 November mendatang, ia akan menikah dengan kekasihnya, Jose Manuel.
"Kamu bahagia, Orlando?" tanya ESPN. "Saya bahagia," kata Cruz. Namun, matanya tidak mau lepas dari tayangan televisi yang saat itu menyiarkan partai puncak antara Juan Manuel Marquez dan Tim Bradley.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.