Di luar kebiasaan atlet tenis yang selalu menolak bicara politik ini, Novak Djokovic ternyata memiliki sikap tegas terhadap rencana penyerangan sekutu ke Suriah.
Menurut petenis peringkat satu dunia ini, setiap perang ataupun serangan udara terhadap wilayah tertentu akan selalu mengingatkannya pada peristiwa mengerikan di masa kecilnya. "Saya sama sekali menentang penggunaan senjata dalam bentuk apa pun, setiap serangan udara ataupun peluru kendali," kata Djokovic.
"Saya menentang sama sekali tindak penghancuran. Saya memiliki pengalaman pribadi mengenai masalah ini. Saya tahu ini sama sekali tidak membawa kebaikan buat siapa pun," ungkapnya.
Wartawan memang sama sekali tidak bertanya langsung mengenai rencana tindak militer terhadap Suriah. Namun, seorang wartawan memang meminta pendapat Djokovic tentang apa yang terjadi di wilayah itu.
Djokovic kemudian bercerita pengalamannya merasakan situasi perang saudara saat masa kanak-kanak di Belgrade. "Kami di Serbia merasakan hal tersebut secara langsung. Suatu masa yang semua orang tak ingin merasakan pengalamannya," katanya.
Djokovic masih berusia 12 tahun saat pihak NATO yang disponsori AS melakukan pengeboman selama 78 hari terhadap wilayah Serbia untuk memaksa pimpinan Serbia, Slobodan Milosevic, melakukan pembantaian terhadap etnis Albania di wilayah itu.
"Buat saya, perang tidak berarti apa-apa buat kemanusiaan. Dalam perang, tidak ada pihak yang benar-benar menang."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.