MUMBAI, KOMPAS.com — Cabang bulu tangkis akhirnya mengikuti jejak tenis, rugbi, dan kriket dengan menggunakan teknologi hawk eye, yaitu kamera ultra-lambat yang memungkinkan pemain melihat kembali jatuhnya kok.
Teknologi ini akan mulai digunakan di ajang Djarum Indonesia Open Super Series Premier, 10-16 Juni, di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta. Dengan teknologi ini, pemain yang merasa dirugikan dengan keputusan penjaga garis dapat melihat kembali posisi jatuhnya kok melalui kamera.
Menurut BWF, setiap pemain mendapat hak melakukan call sebanyak dua kali dalam setiap game. Apabila dua protes tersebut ditolak, ia akan kehilangan hak untuk sisa pertandingan. Sementara apabila diterima, ia akan mendapat hak serupa untuk game berikutnya.
"Protes atau keberatan harus dilakukan segera setelah kok mendarat dan diputuskan oleh penjaga garis. Keberatan itu harus dilakukan sebelum wasit memutuskan untuk melanjutkan pertandingan," demikian pernyataan tertulis Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF).
Pebulu tangkis utama dunia, seperti Lee Chong Wei, Taufik Hidayat, dan Saina Nehwal, memang telah lama mengajukan persetujuan mereka terhadap penggunaan teknologi ini. Menurut mereka, penggunaan teknologi ini dapat mencegah keputusan penjaga garis yang terkadang merugikan pemain.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.