KOMPAS.com — Akhir pekan ini, Formula 1 memasuki seri ketiga yang akan berlangsung di Sirkuit Shanghai, China. Menarik untuk menyaksikan siapa yang bakal bersaing memperebutkan podium utama, setelah pada dua seri perdana menghadirkan dua juara yang berbeda.
Namun, perhatian publik akan lebih tertuju pada persaingan dua pebalap satu tim, yaitu Sebastian Vettel dan Mark Webber. Duo Red Bull Racing ini menyita perhatian setelah terlibat kontroversi di GP Malaysia, dua pekan lalu.
Waktu itu, Vettel membuat Webber sangat kecewa setelah dia mengabaikan kode "Multi 21" (kebalikan dari kode "Multi 12") yang diberikan Red Bull. Dalam posisi Webber memimpin lomba, Red Bull sudah memberikan team order agar Vettel tetap bertahan di belakang pebalap Australia tersebut. Akan tetapi, Vettel tak menghiraukannya sehingga dia menyalip rekan setimnya itu (menjadi kode "Multi 12" atau kendaraan nomor 1 di depan nomor 2) dan keluar sebagai pemenang.
Menariknya, keduanya tidak akan menghadapi media secara bersama-sama karena hanya Webber yang diminta untuk tampil dalam konferensi pers reguler FIA, Kamis (11/4/2013).
Dengan demikian, itu berarti akan ada sedikit kesempatan media memicu ketegangan antara pasangan tersebut di bawah sorotan lampu kamera televisi, yang tentu saja bakal disaksikan banyak penonton. Selain itu, situasi tersebut memberikan peluang yang bagus bagi Webber untuk melampiaskan perasaannya.
Red Bull sudah memberikan kejelasan bahwa mereka tak terlalu membesar-besarkan kontroversi di Malaysia. Penasihat tim, Helmut Marko, sudah mengklaim bahwa situasi antara Vettel dan Webber sudah baik karena pasangan tersebut berjabat tangan setelah balapan.
Prinsipal tim, Christian Horner, juga melakukan berbagai upaya dalam hari-hari setelah GP Malaysia untuk menegaskan bahwa kontroversi itu tak meninggalkan luka yang dalam. Pasalnya, Vettel sudah meminta maaf kepada tim atas apa yang dilakukannya.
Namun, menarik untuk menyaksikan bagaimana kelanjutan cerita ini, ketika tim kembali melakukan team order. Apakah Webber dan Vettel masih akan mendengarkan perintah tim, ataukah mereka, terutama Webber, masih menyimpan dendam.
Dengan kejadian pada seri kedua tersebut, tak ada yang salah jika antara Vettel dan Webber sudah tak saling percaya sepenuhnya. Sementara itu, Red Bull pasti tak ingin situasi yang memalukan itu terjadi lagi, ketika perintah mereka diabaikan.
Tak cuma di Red Bull, situasi di tim Mercedes juga menarik untuk disimak setelah tim "memanjakan" Lewis Hamilton dan "mengorbankan" Nico Rosberg saat GP Malaysia. Yang menjadi pembeda adalah Rosberg menuruti perintah tim sehingga dia harus rela finis di posisi keempat, di belakang Hamilton. Padahal, Rosberg jauh lebih cepat untuk melewati juara dunia 2008 tersebut.
Bos tim, Ross Brawn, memainkan peranannya dengan baik sehingga Rosberg tak membangkang. Brawn juga pernah sukses menjalankan team order, baik saat masih bersama Ferrari maupun ketika membawa Brawn GP juara dunia 2009, ketika Rubens Barrichello beberapa kali marah kala diberi tahu harus menahan posisi.
Nah, GP China akhir pekan ini akan menjadi uji coba bagi kedua tim, khususnya Red Bull, untuk memperlihatkan kekompakan mereka. Di sisi lain, bisa saja terjadi pertarungan hebat antara Webber dan Vettel, untuk mengumpulkan kemenangan sebanyak-banyaknya demi mengejar gelar juara dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.