Menjadi wasit dalam pertandingan Liga Bola Basket Nasional (NBL) bukan tugas mudah. Ada syarat yang ditetapkan PT Development Basketball League Indonesia sebagai penyelenggara kejuaraan.
Ada sejumlah tes yang harus dijalani. Tak hanya di awal kompetisi, tetapi juga selama kompetisi berlangsung.
Mulai musim 2012/2013, PT Development Basketball League (DBL) Indonesia memang punya hak memilih langsung wasit yang bertugas. Pengurus Besar Persatuan Bola Basket Indonesia (PB Perbasi) hanya menyediakan 40 wasit dengan kualifikasi yang diinginkan DBL, di antaranya yang memiliki sertifikat Federasi Bola Basket Internasional (FIBA) atau yang memiliki sertifikat tertinggi di tingkat nasional.
Sistem ini berbeda dengan musim-musim sebelumnya ketika PB Perbasi yang berwenang memilih langsung wasit untuk NBL.
Dengan sistem baru, DBL pun memberlakukan sejumlah tes agar wasit bisa tampil baik sepanjang kompetisi, yang pada musim ini berlangsung Desember 2012 hingga Mei 2013.
Sebanyak 40 wasit dari Perbasi diboyong untuk menjalani tes dan pelatihan selama tiga hari di Surabaya. ”Selain diberikan penyegaran tentang pengetahuan pertandingan, kami juga harus mengikuti tes fisik, teori, ataupun psikotes,” ujar Haryanto Sutaryo, wasit PB Perbasi pemegang sertifikat FIBA sejak 2006.
Hasilnya, 26 wasit kemudian bertugas di NBL dan kompetisi bola basket putri WNBL. Jumlah itu, ujar Sekretaris Jenderal PB Perbasi Agus Mauro, sudah termasuk delapan wasit Perbasi bersertifikat FIBA.
”Sebenarnya, di Perbasi ada 11 wasit bersertifikat FIBA, tetapi tidak bisa semuanya bertugas untuk NBL Indonesia. Ada pertandingan dalam kalender internasional yang juga harus diikuti wasit Indonesia. Jadi, tiga wasit lainnya kami beri kesempatan untuk memimpin pertandingan di luar negeri,” kata Agus.
Selain di awal, tes fisik dan teori terhadap wasit juga dilakukan setiap usai satu seri. Untuk musim, ada enam seri babak penyisihan, ditambah satu seri putaran final. ”Dengan begitu, teman-teman bisa tetap prima,” kata Haryanto.