JAKARTA, KOMPAS -
Atlet pelatnas, Jintar Simanjuntak, mengungkapkan, selama ini atlet menggunakan fasilitas seadanya. ”Sansak, matras, cermin latihan, serta pelindung kaki, tangan, badan, dan kepala, semua kurang layak. Padahal, kami ditargetkan mempertahankan gelar juara umum,” ujar Jintar, atlet peraih dua medali emas di SEA Games 2011, Kamis (7/2).
Lebih dari 20 atlet harus bergantian berlatih menggunakan satu sansak yang sudah rusak. Adapun matras yang digunakan belum semuanya berstandar Federasi Karate Dunia (WKF). Untuk kategori kumite, para atlet memakai pelindung tubuh yang sebagian besar tidak sempurna. Sementara untuk kategori kata hanya tersedia sebuah cermin berukuran 2 x 3 meter. Padahal, idealnya, tim kata memerlukan cermin yang dipasang di setiap sisi ruangan guna mengoreksi gerakan.
Keterbatasan ruang latihan juga menjadi faktor utama cermin- cermin itu tidak dipasang. Mengingat pelatnas karate digelar di teras lantai dua Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, hal itu membuat tempat latihan kerap diterpa angin dan air saat hujan.
”Kami berharap bisa berlatih di ruang tertutup yang kondisinya menyerupai arena laga sesungguhnya,” ujar Jintar yang akan menjalani SEA Games ketiganya tahun ini.
Pelatnas karate telah berlangsung sejak Oktober 2012 hingga Februari ini. Saat ini, tahapan latihan atlet memasuki persiapan prapertandingan sebelum seleksi nasional pada Februari di Piala KSAD. Selama lebih kurang empat bulan pelatnas, pemerintah belum serius memperhatikan kebutuhan atlet, khususnya fasilitas latihan.
Kondisi ini juga dikeluhkan para pelatih. ”Tim Indonesia tahun 2011 menjadi juara umum SEA Games dengan meraih 10 emas. Kenapa fasilitasnya hanya seperti ini,” ujar Omita Olga Ompi, pelatih kategori kata.
Pelatih kategori kumite, Delphinus Rumahorbo, juga prihatin terhadap kelayakan fasilitas pelatnas. Menurut Delphinus, jika fasilitas latihan tidak segera diperbaiki, ia khawatir target meraih tujuh medali emas di SEA Games 2013 tak akan tercapai.