JAKARTA, KOMPAS
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Pusat Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PP PBVSI) Heyzer Harsono mengatakan, ia lebih memilih atlet muda yang bersemangat dan berdaya juang tinggi untuk berlaga di SEA Games Myanmar 2013. Ia sangat terkesan dengan kiprah atlet muda yang rata-rata berusia 20 tahun ketika mengalahkan Thailand, 3-2, di Kejuaraan Piala Raja di Dubai, pekan lalu. Padahal, skuad Thailand berisi atlet SEA Games 2011, dengan pelatih senior, Monchai Suprajirakul.
”Atlet yang paling tua itu Bagus (Wahyu Ardyanto), 25 tahun. Namun, justru kita bisa menang melawan yang senior-senior,” tutur Heyzer, Selasa (16/10).
Di dalam tim nasional saat ini terdapat I Nyoman Rudi Tirtana, spiker yang pada Proliga 2011 memperkuat BNI 46 dan dinobatkan menjadi pemain terbaik. Rudi tahun ini berusia 28 tahun dan ia pun beberapa kali mengatakan tidak akan lagi memperkuat timnas. Alasan Rudi adalah regenerasi atlet.
Terdapat pula nama Andri, quicker dari klub Palembang Bank Sumsel Babel, yang juga berusia 28 tahun. Menurut Andri, SEA Games 2011 adalah SEA Games terakhirnya. Ia akan memfokuskan diri pada pekerjaan di Bank Sumsel dan bertanding untuk membela klub.
Menurut Wakil Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBVSI Yamin Nuriman, nama-nama pemain yang sudah masuk ke Satlak Prima itu akan dipantau lagi. Sebelum dipanggil untuk masuk pemusatan pelatihan di Padepokan Bola Voli di Sentul, Jawa Barat. mereka masih dikaji lagi, termasuk kesediaan dan kesiapan diri.
Lebih lanjut Heyzer mengatakan, tinggi badan atlet Indonesia kurang kompetitif dibandingkan negara Asia lainnya. Asupan gizi juga kurang diperhatikan. Hal itu membuat Indonesia sulit bersaing, bahkan dengan Thailand di Asia Tenggara.
”Ke depan, saya akan pantau atlet mulai usia 13-14 tahun, juga asupan gizi mereka. Susu, daging, ikan. Saya heran melihat atlet yang sekarang ini kalau makan, dagingnya seiris, nasinya dua piring,” tutur Heyzer.
Sudah saatnya bola voli putra Indonesia merangkak naik dan diperhitungkan di level Asia. Heyzer melihat potensi itu termasuk pada mereka yang masih berusia belasan tahun. ”Apalagi kita bakal punya pelatih-pelatih yang levelnya tidak kalah dengan pelatih di Asia,” ujarnya.
Untuk tim putri, Heyzer pesimistis. ”Atlet kita cantik-cantik sih. Jadi, jadi atletnya tidak lama, keburu dilamar,” katanya berseloroh.