"Saya senang, angkatan terbaik saya bisa saya lampaui hari ini,” ujar Triyatno, lifter kelas 69 kilogram, seusai tes coba angkatan maksimal, Rabu (27/6).
Tes yang digelar di tempat latihan para lifter di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, itu dilakukan untuk memastikan kemajuan angkatan maksimal para lifter, terutama setelah mereka berlatih selama satu bulan di Beijing, China.
Rabu petang itu, Triyatno berhasil membukukan angkatan total 337 kilogram. Ia sukses mencatatkan angkatan snatch 150 kilogram dan angkatan clean and jerk 187 kilogram.
”Ini sudah melampaui angkatan terbaik saya yang saya bukukan di Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2009 di Goyang, Korea Selatan. Saat itu saya membukukan angkatan total 330 kilogram (perunggu). Saya harus bisa menjaga dan meningkatkan kemampuan saya di London untuk bisa merebut medali,” ujar lifter yang sekarang berusia 25 tahun itu.
Di ajang multicabang olahraga tertinggi di London pada 27 Juli-12 Agustus 2012, Tri memperkirakan ia bakal bertemu kembali dengan rival-rival kuatnya. Di antaranya dari China, Iran, Korea Utara, juga Korea Selatan.
”Saya siap saja menghadapi mereka,” ujar Tri yang mengakui persiapan untuk ”berperang” di Olimpiade 2008 jauh lebih baik dibandingkan dengan persiapan untuk Olimpiade 2012.
Untuk menuju London, para lifter hanya memiliki waktu lima-enam bulan. Beruntung, sebagian besar lifter mendapat kesempatan berlatih intensif di China pada Mei-Juni 2012. Menjelang berangkat ke London, empat lifter, yaitu Eko Yuli Irawan, Triyatno, M Hasbi, dan Deni, mendapat kesempatan berlatih di Seoul, Korea Selatan. Di samping talenta yang sudah mereka miliki, kesempatan itu juga untuk meningkatkan kepercayaan diri dan performa para lifter.
Koordinator Cabang Terukur Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) Sebastian Hadi Wihardja mengatakan, tradisi medali olimpiade dari angkat besi ditargetkan kembali terwujud. Lifter Indonesia, khususnya lifter putra, sudah lama unjuk gigi di olimpiade. Kategori putri baru dipentaskan pertama kali pada Olimpiade 2000 di Sydney, Australia.
Karena kategori baru, sejumlah lifter putri dipersiapkan. Lisa Rumbewas mempersembahkan perak kelas 48 kilogram putri. Adapun Winarni binti Slamet membawa pulang perunggu kelas 53 kilogram. Di Olimpiade Athena 2004, Lisa yang naik kelas ke kelas 53 kilogram kembali membawa perak. Adapun lifter putra berbicara di Beijing pada 2008 melalui Eko Yuli Irawan dan Triyatno.