LONDON, Kompas.com - Superstar Swiss, Roger Federer, menatap sejumlah rekor baru dalam kariernya ketika berhasil menembus final Wimbledon, usai menyingkirkan pemain nomor satu dunia sekaligus juara bertahan, Novak Djokovic, Jumat (6/7/2012). Pemain nomor tiga dunia ini menang 6-3, 3-6, 6-4, 6-3.
Peraih 16 gelar grand slam ini tinggal selangkah lagi mengejar rekor petenis legendaris Amerika Serikat, Pete Sampras, serta menambah koleksi trofi grand slam. Jika di final, Minggu (8/7), Federer mampu mengalahkan Andy Murray atau Jo-Wilfried Tsonga, maka pemain berusia 30 tahun ini akan membuat setidaknya tiga prestasi besar.
Jika juara, maka Federer akan membuat rekor baru sebagai pemain yang mengoleksi 17 gelar grand slam - rekor yang mungkin sangat sulit dikalahkan. Kemudian, Federer akan menyamai prestasi Sampras yang tujuh kali menjadi juara di All England Club, dan dia pun akan kembali menjadi pemain nomor satu dunia (juga menyamai rekor Sampras).
Inilah (nomor 1 dunia) yang selalu menjadi targetnya, sejak dia lengser dari posisi teratas daftar ranking ATP. Optimisme yang selalu ada di dalam dirinya membuat Federer tak pernah patah semangat, meskipun usianya sudah tak muda lagi untuk seorang petenis profesional.
Pemain kelahiran 8 Agustus 1981 ini pernah mencetak rekor 237 pekan secara berturut-turut menjadi pemain nomor satu dunia, mulai dari 2 Februari 2004 hingga 18 Agustus 2008. Setelah sempat digeser rivalnya dari Spanyol, Rafael Nadal, Federer kembali menjadi nomor satu, sehingga secara keseluruhan dia berada di posisi itu selama 285 pekan.
Apa yang diraihnya itu masih kalah dari pencapaian Sampras, yang sampai sekarang memegang rekor pemain nomor satu dunia terlama, yakni 286 pekan. Nah, apabila Federer kembali ke posisi nomor satu, maka dia sudah pasti menyamai rekor Sampras (dan mungkin bisa melebihinya).
Namun, tak mudah bagi Federer untuk mewujudkan impiannya tersebut, karena dia harus melewati satu rintangan terakhir yang pastinya sangat berat. Baik Murray maupun Tsonga punya potensi besar untuk menjadi penjegal. Tsonga sudah memperlihatkannya tahun lalu, ketika menyingkirkan Federer di perempat final grand slam lapangan rumput ini.
"Saya kalah dari Jo di sini pada tahun lalu, dan saya kira Andy lebih sering mengalahkanku dibandingkan kemenanganku terhadapnya. Tugas berat menantiku, karena saya bisa membuat rekor sepanjang masa sebagai juara grand slam dan kembali menjadi nomor satu dunia. Jadi, saya memiliki tekanan, meskipun saya senang dengan hal ini," jelas Federer, yang menjuarai Wimbledon pada 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2009.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.