Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Gubernur Riau, Rusli Zainal Ikut Membuka PON Riau 2012?

Kompas.com - 13/04/2012, 11:45 WIB
Syahnan Rangkuti

Penulis

oleh Syahnan Rangkuti

Suatu waktu di bulan September tahun 2006, di saat sejumlah petinggi KONI Pusat melakukan pemantauan ke Kalimantan Timur, menjelang Pekan Olahraga Nasional 2008, Syaiful Teteng, Sekretaris Provinsi Kalimantan Timur bercerita kepada delegasi dari Jakarta itu.

Sambil memperkenalkan diri, Syaiful yang juga Ketua Harian Panitia Besar PON mengatakan tidak keberatan dirinya dipanggil Syaiful atau dipanggil Teteng. Namun dia mengaku paling takut kalau dipanggil KPK, maksudnya tentu saja dipanggil oleh lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi.

Kurang jelas apakah saat itu Syaiful bermaksud menyampaikan lelucon, atau dia jujur menceritakan suasana batinnya ketika itu. Suasana batin sejumlah pejabat Kaltim memang berubah dingin tatkala Gubernur Kaltim Suwarna AF ditahan KPK pada bulan Juni 2006.

Setelah kejadian itu, kondisi Kaltim yang sedang hangat-hangatnya mempersiapkan PON 2008, mengalami penurunan suhu luar biasa ekstrem. Sampai-sampai, nyaris tidak ada lagi pejabat yang mau menjadi pimpinan proyek pembangunan di sana. Stagnasi terjadi berbulan-bulan, padahal waktu pelaksanaan PON semakin mendekat.

Kondisi Kaltim pada tahun 2006, boleh dikatakan kritis, karena 18 bulan menjelang PON, persiapan arena pertandingan baru mencapai 50-60 persen. Meski nampak panjang, sesungguhnya waktu efektif persiapan PON hanya satu tahun, karena beberapa cabang olahraga membutuhkan ujicoba khusus pada arenanya sebelum dapat dipergunakan.

Ketua Tim Pengarah PON dari KONI Pusat, Djoko Pramono, waktu itu sempat mengeluarkan pernyataan mengejutkan bakal memindahkan lokasi PON ke Jawa Tengah atau Jawa Barat apabila Kaltim tidak segera bangkit. Ucapan Djoko tentu saja hanya gertakan, namun cukup efektif buat Kaltim untuk bangun dari hibernasi akibat " trauma KPK".

Momen kebangkitan itu ternyata belum cukup. Kaltim tidak mampu bangkit sendiri, karena membutuhkan dana dalam jumlah besar untuk menyelesaikan PON tepat waktu. Akhirnya, pemerintah lewat Kementerian Pemuda dan Olahraga, menurunkan dana beserta tim khusus yang dipimpin Deputy V Bidang Pembinaan dan Prestasi, Prof Hari Setiono untuk mendampingi Kaltim bersiap.

Namun, PON Kaltim tetap saja tidak dapat selesai sesuai waktu sehingga harus diundur selama empat bulan.

"Waktu itu pak Menteri (Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault) memerintahkan saya untuk membantu penanganan masalah PON di Kaltim. Pak Menteri minta ke saya, pokoknya PON Kaltim harus sukses. Saya menurunkan 300 orang dari Jakarta dan Surabaya untuk membantu tenaga SDM PON. Selama sembilan bulan menjelang PON, saya lebih banyak berada di Kaltim," ujar Hari hari Jumat (13/4/2012) yang dihubungi lewat telepon.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com