Fitriyanti Riyanti (Jawa Timur) menuntaskan trek downhill (DH) sepanjang 1,7 kilometer dalam waktu tiga menit 05,126 detik. Dia mengungguli Exa Raudina (DI Yogyakarta) yang mencatat waktu tiga menit 07,668 detik dan Nifera USN (Jawa Tengah) tiga menit 16,250 detik.
Di bagian putra, Popo Ario Sejati (Jawa Timur) finis tercepat dalam waktu dua menit 35,172 detik. Dia mendahului rekannya, Pornomo, yang mencatat waktu dua menit 37,594 detik dan Yavanto Ditra Pratama (DI Yogyakarta) dua menit 39,172 detik.
Fitriyanti mengatakan, trek DH di Sebex, Gunung Pancar, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, lebih menuntut kejelian handling sepeda dan teknik mengayuh (pedalling). Sebaliknya, trek DH di Taman Dayu memerlukan kecepatan kayuhan.
”Harus bisa cepat menuruni trek. Rintangan berupa kecuraman yang lumayan panjang,” ujar Fitriyanti, peraih perak nomor MTB DH di SEA Games XXVI/2011, November lalu.
Erwin Anwar, Chief Commissaire kualifikasi PON XVIII cabang balap sepeda, mengakui, dominasi para pebalap sepeda asal provinsi di Pulau Jawa begitu kuat. Hal itu karena kompetisi di Pulau Jawa banyak.
”Di luar Jawa, hampir tidak ada kompetisi untuk disiplin MTB atau BMX,” ujar Erwin.
Alhasil, sosialisasi disiplin MTB dan BMX di Jawa sangat cepat, sedangkan di luar Jawa masih seret. Dampaknya, secara kualitas, pebalap yang sering berkompetisi lebih unggul.
Peserta kualifikasi PON XVIII cabang balap sepeda disiplin sepeda gunung MTB DH itu dari lima provinsi untuk putri dan sembilan provinsi untuk putra.
”Catatan waktu pebalap sepeda gunung dari daerah luar Jawa kalah cepat dari rival mereka,” ujar Erwin.
Adalah tugas Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia untuk menyosialisasikan disiplin MTB DH ke luar Jawa. ”Dengan begitu, kualitas kejuaraan dapat meningkat dan pembibitan pebalap sepeda MTB DH di luar Jawa berjalan,” ujarnya.