Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marco Simoncelli dan Keamanan pada Ajang MotoGP

Kompas.com - 28/10/2011, 05:14 WIB

Kematian pebalap sepeda motor asal Italia, Marco Simoncelli, pada ajang MotoGP seri Malaysia, 23 Oktober 2011, membuat banyak penggila lomba balap sepeda motor terenyak. Mereka seakan disadarkan kembali bahwa lomba balap sepeda motor masih merupakan olahraga yang sangat berbahaya dan mengancam keselamatan jiwa.

Kecelakaan terakhir yang menewaskan pebalapnya pada ajang MotoGP terjadi tahun 2003, delapan tahun lalu. Saat itu, Daijiro Kato, pebalap tim Honda Gresini asal Jepang, tewas karena menabrak dinding pembatas dalam kecepatan tinggi.

Sejak kematian Kato, semua pihak, baik para pengelola, pemilik tim, perusahaan sepeda motor, maupun pebalap, berusaha mengurangi faktor risiko kecelakaan fatal pada ajang MotoGP. Mulai menangani desain sepeda motor, helm, rekayasa pakaian, sepatu, sampai gaya berkendara.

Namun, kematian Simoncelli hanya membuktikan bahwa segala upaya tersebut belum dapat mengurangi risiko fatal dalam lomba balap sepeda motor yang paling bergengsi di dunia.

Kejuaraan dunia balap sepeda motor pertama kali diselenggarakan oleh Federation Internationale de Motocyclisme (FIM) pada tahun 1949. Kelas-kelas yang dipertandingkan pada saat itu adalah sepeda motor bermesin 50 cc, 125 cc, 250 cc, 350 cc, dan 500 cc. Di luar itu juga dipertandingkan sepeda motor yang dilengkapi zijspan wagen (sespan) dengan kapasitas mesin 350 cc dan 500 cc.

Namun, pada masa itu, konsentrasi perusahaan pembuat sepeda motor hanyalah pada bagaimana membuat sepeda motor dapat melaju paling cepat. Unsur keamanan (safety) sama sekali belum menjadi bahan pertimbangan.

Sejalan dengan kemajuan teknologi, di mana kecepatan sepeda motor semakin lama semakin tinggi, risiko fatal mulai muncul di ajang lomba balap sepeda motor, baik karena sepeda motor tergelincir saat menikung tajam maupun karena bertabrakan.

Mulailah perusahaan pembuat sepeda motor memikirkan bagaimana mendesain sepeda motor yang bisa lari sangat cepat, tetapi aman dikendarai. Dari waktu ke waktu, desain sepeda motor terus disempurnakan sehingga saat tergelincir, risiko yang dialami pebalapnya tidaklah fatal.

Pengalaman pada ajang MotoGP selama ini menunjukkan, desain sepeda motor yang berlomba dalam ajang MotoGP dapat melindungi pebalapnya apabila tergelincir saat menikung tajam. Banyak kejadian yang memperlihatkan hal itu. Bahkan, Simoncelli yang lahir di Cattolica, Italia, 20 Januari 1987, sempat terjatuh pada seri Jerez (Spanyol), Portugal, dan Inggris, tetapi tidak berisiko fatal.

Sulit diperkirakan

Sayangnya, desain sepeda motor dan semua perlengkapannya, termasuk helm, tidak dapat melindungi pebalap dari risiko fatal jika terjadi tabrakan. Apa yang terjadi pada Simoncelli menunjukkan hal itu. Posisi sepeda motor dan kecepatannya pada saat tabrakan terjadi sangat menentukan risiko yang diakibatkan tabrakan itu. Mengingat posisi dan kecepatan sepeda motor saat tabrakan terjadi sangat berbeda-beda, risiko yang diakibatkan oleh tabrakan itu sangat sulit diperkirakan.

Namun, inilah tantangan yang masih harus dijawab, mengingat pada ajang MotoGP masih akan banyak muncul pebalap seperti Simoncelli, yang muda dan sangat agresif dalam melakukan manuver. Pebalap-pebalap seperti itu membuat risiko fatal pada ajang MotoGP masih berpontesi untuk muncul. Namun, tanpa kehadiran orang seperti Simoncelli, ajang MotoGP akan terasa hambar. (JL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Brighton Dekati Kieran McKenna untuk Gantikan De Zerbi

Brighton Dekati Kieran McKenna untuk Gantikan De Zerbi

Liga Inggris
Mohamed Salah Beri Sinyal Bertahan di Liverpool, Masih Haus Trofi

Mohamed Salah Beri Sinyal Bertahan di Liverpool, Masih Haus Trofi

Liga Inggris
Kunci Sukses Penerapan VAR di Indonesia Ternyata karena Komunikasi Intens dengan FIFA

Kunci Sukses Penerapan VAR di Indonesia Ternyata karena Komunikasi Intens dengan FIFA

Liga Indonesia
Como 1907, Sentuhan Indonesia dalam Wajah Internasional Serie A

Como 1907, Sentuhan Indonesia dalam Wajah Internasional Serie A

Liga Italia
Link Live Streaming Drawing Piala AFF 2024, Mulai 14.00 WIB

Link Live Streaming Drawing Piala AFF 2024, Mulai 14.00 WIB

Timnas Indonesia
Arne Slot Belajar dari Guardiola, Bisa Hibur Liverpool seperti Klopp

Arne Slot Belajar dari Guardiola, Bisa Hibur Liverpool seperti Klopp

Liga Inggris
Juventus Tahan Bologna, Makna Pelukan Montero dan Thiago Motta

Juventus Tahan Bologna, Makna Pelukan Montero dan Thiago Motta

Liga Italia
Marc Klok Kecewa Tak Masuk Timnas Indonesia, Hormati Shin Tae-yong

Marc Klok Kecewa Tak Masuk Timnas Indonesia, Hormati Shin Tae-yong

Timnas Indonesia
Borneo FC Gagal Kawinkan Gelar, Pesut Etam Butuh Kedalaman

Borneo FC Gagal Kawinkan Gelar, Pesut Etam Butuh Kedalaman

Liga Indonesia
AC Milan Cari Pengganti Pioli, De Zerbi Menarik Hati Usai 'Nopetegui'

AC Milan Cari Pengganti Pioli, De Zerbi Menarik Hati Usai "Nopetegui"

Liga Italia
Alasan Liverpool Perkenalkan Arne Slot sebagai Pelatih, Bukan Manajer

Alasan Liverpool Perkenalkan Arne Slot sebagai Pelatih, Bukan Manajer

Liga Inggris
Daftar Skuad Argentina untuk Copa America 2024: Messi Ada, Tanpa Dybala

Daftar Skuad Argentina untuk Copa America 2024: Messi Ada, Tanpa Dybala

Internasional
Jadwal Malaysia Masters 2024, 3 Wakil Indonesia Beraksi pada Hari Pertama

Jadwal Malaysia Masters 2024, 3 Wakil Indonesia Beraksi pada Hari Pertama

Badminton
Jay Idzes 'Solid dan Konkret', Venezia Libas Palermo, Jaga Asa ke Serie A

Jay Idzes "Solid dan Konkret", Venezia Libas Palermo, Jaga Asa ke Serie A

Liga Italia
Hasil Bologna Vs Juventus 3-3: Drama 6 Gol, Nyonya Bangkit dalam 8 Menit

Hasil Bologna Vs Juventus 3-3: Drama 6 Gol, Nyonya Bangkit dalam 8 Menit

Liga Italia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com