JAKARTA, Kompas.com - Di atas panggung di hotel Sultan, Jakarta, Selasa (21/6) Taufik Hidayat dan Lee Chong Wei bergandengan tangan dengan mengenakan kemeja batik.
Keduanya didapuk naik panggung dalam acara "Welcome Dinner" para peserta Djarum Indonesia Open 2011, sebuah kejuaraan sekelas superseries premier yang berhadiah 600 ribu dolar AS.
Taufik dan Chong Wei mengenakan baju batik rancangan perancang busana Oscar Lawalata. Taufik mengenakan batik dengan tekanan warna biru, Sementara Chong Wei memilih batik dengan varian warna kuning dan coklat. Karena Taufik adalah local hero dan Lee Chong Wei adalah pebulutangkis peringkat utama dunia saat ini, keduanya menjadi pusat perhatian dibandingkan pemain lain yang juga naik panggung seperti Peter Hoeg Gade dari Denmark dan Lee Yong Dae dari Korea Selatan.
Taufik, Chong Wei dan batik pada sudut panadang yang sinis mewakili satu bentuk persaingan dan hegemoni antara dua bangsa. Taufik pernah (dan masih) menjadi satu simbol kekuatan bangsa Indonesia. Menjadi juara dunia, pemain utama dunia dan puncaknya merebut medali emas di Olimpuade Atlanta 2004. Bahwa sekarang ia sudah tua dan prestasinya terus menurun itu adalah takdir alam yang tak dapat dihindari.
Sementara Lee Chong Wei adalah harapan utama bangsa Malaysia untuk menyamai Indoensia di ajang Olimpiade. Chong Wei saat ini menempati peringkat utama dunia dan menjadi tumpuan utama harapan Malaysia untuk meraih medali emas Olimpiade London 2012.
Saat ini Chong Wei jelas berada di atas Taufik, bukan sekadar peringkat dunia. Dari segi teknik dan permainan pun, Taufik sudah sulit menandingi pemain Malaysia tersebut. Chong Wei meraih gelar juara di beberapa turnamen superseries, sementara Taufik tinggal langganan tingkat semifinal atau final.
Namun baik Taufik dan Chong Wei selalu mengatakan hal itu adalah sesuatu yang alami. "Ketika saya dalam puncak kejayaan saya beberapa tahun lalu, mungkin orang Malaysia juga menggugat hal serupa pada Chong Wei. Sekarang saya menurun dan dia naik, itu memang sudah putaran rodanya," kata Taufik.
Chong Wei sendiri juga mengatakan hal serupa tentang Taufik. "Mau dibilang apa? Taufik sudah mendapatkan semua yang ingin dikejar. Juara dunia, medali Olimpiade sementara saya belum. Dari segi usia pasti ia sudah menurun, apalagi dari segi motivasinya," kata Chong Wei saat menjuarai Djarum Indonesia Open Superseries 2010 lalu.
Namun di luar lapangan, Taufik dan Chong Wei samasekali tidak memperlihatkan persaingan. Di panggung Hotel Sultan, Chong Wei menyambut Taufik yang datang terlambat. Keduanya mengenakan batik yang pernah juga menjadi simbol yang diperebutkan oleh bangsa Indonesia dan Malaysia. Perebutan yang kemudian memanas sehingga timbul ejekan "Malingsia..." karena masyarakat Indonesia menganggap Malaysia selalu mengklaim hasil-hasil budaya yang selama ini sudah dikenal di tanah ini.
Malam itu Chong Wei tidak canggung mengenakan batik karya Oscar Lawalata dengan dasar batik Kudus. Tanpa perlu merasa kalah atau dijajah. Tanpa perlu merasa inferior dan superior. Karena seperti yang dikatakan Roland Halim dari PT Djarum bahwa mengenal sesedikit apa pun dari kebudayaan oarng lain adalah merupakan pintu masuk menjalin persahabatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.